Esok malamnya, Sean dan Gracia sudah kembali dari perjalanan bisnis. Di pagi hari tadi rumah mereka kembali hidup seperti sedia kala. Makan malam ini Gracia bahkan memasak makanan kesukaan mereka. Setelah selesai, kini semua sudah berada di kamar masing-masing, termasuk Zee.
Sebenarnya Zee sedang mengerjakan PR di meja belajarnya. Namun kegiatannya berhenti saat mendengar dering handphonenya berbunyi.
"Halo Del?"
"Hari ini lo ga ikut, Zee?"
"Ikut apaan? Emang ada apa?"
"Ikut balapan lah. Masa ga inget sih?"
"Oh, udah jadwalnya kah? Sorry ga baca grup."
"Jadi lo ikut apa engga?"
Zee berpikir. "Ga tau nih. Gue takut ketahuan bokap gue."
"Oh, jadi lo ga ikut ya berarti."
"Eh, tapi rame ga yang ikut?"
"Lebih rame dari terakhir kali. Soalnya anak geng sekolah lain ikut."
"Ih seru itu. Gue pengen ikut.."
"Ya tentuin aja lah lo ikut apa kagak. Nanti kabarin kalau udah ada kepastian."
Adel menutup panggilan.
Zee menggigit bibir. Haruskah ia ikut? Ia takut ketahuan lagi oleh Sean. Tapi disaat yang sama ia tak ingin ketinggalan momen seperti ini.
Maka Zee beralih ke kamar Christy, menghampirinya. "Toy."
Christy menghentikan gerakan tangannya, melepas headphone. "Kenapa?"
"Aku mau nginep di rumah Adel."
"Ya terus? Nginep mah nginep aja."
Zee terdiam. Sepertinya Christy tidak sadar. Ketika ia hendak menutup kembali pintunya-
"Eh, maksudnya sekarang? Malem ini?" Christy tiba-tiba bertanya. Sepertinya anak itu sudah sadar.
"Ngg.. iya."
Christy menyipitkan matanya penuh sidik. "Kamu mau balap motor ya?"
Zee tidak menjawab, malah menggaruk belakang kepalanya sambil nyengir.
"Kenapa mesti ikut sih? Ga takut Papa curiga kamu sering pulang malem?"
"Ya makanya aku nginep di rumah Adel, Toy. Biar ga pulang malem."
"Besok masih sekolah, Zoy."
"Aku bawa seragam kok."
"Ck, kamu ini. Ngapain sih ikut-ikutan kayak gitu?" Christy melipat tangannya, mulai mengomel.
"Ya kan aku ketuanya, Toy. Kasian temen-temen aku ditinggal tanpa ketua kece nya ini," Zee tersenyum pamer, mencari alasan.
"Dih alesan. Emang kamu nya yang mau kan? Aku juga yakin tanpa kamu, itu geng bisa berjalan. Ada Adel juga kan?"
"Adel kan tangan kananku, Toy. Tetep aja dia butuh yang mimpinnya."
Christy menghembuskan nafas kasar, memalingkan wajah, "Ih, batu banget sih dibilangin. Terserah lah."
Melihat reaksi Christy yang nampak sudah malas menasehatinya, Zee jadi takut sendiri. "Kamu marah, Toy?"
"Menurut kamu?" Tanya Christy tanpa melirik ke arahnya sedikitpun.
"Maaf.."
"Udah sana. Katanya mau pergi?" Christy memasang headphonenya, meraih pensil di meja dan lanjut mengerjakan soal di kertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut (ZoyToy)
Fiksi Penggemar𝙎𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙠 𝙟𝙖𝙣𝙩𝙪𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙖𝙪𝙩, 𝙉𝙮𝙖𝙬𝙖𝙠𝙪 𝙣𝙮𝙖𝙡𝙖 𝙠𝙖𝙧'𝙣𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙢𝙪 - 𝙉𝙖𝙙𝙞𝙣 𝘼𝙢𝙞𝙯𝙖𝙝 "Kita itu kembar. Ga ada yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat, karena kita tumbuh bareng. Mau gim...