⚠️ Hati-hati, chapter ini banyak mengandung adegan kekerasan ⚠️
Satu jam sebelum kejadian
"Siapa mau minum?!" Baru juga Mirza menginjakkan kaki di tempat, ia sudah mengajak yang tidak-tidak.
Leon, lelaki berusia 16 tahun yang merupakan salah satu anggota geng 46 menggelengkan kepala. "Dateng-dateng udah langsung ngajak minum, Bang?"
Tanpa menjawab, Mirza fokus menurunkan delapan buah dus berisi botol-botol minuman keras dari mobilnya, membuat semua orang yang ada disana mendekat karena penasaran.
"Eh kocak, darimana lo dapet sebanyak ini??" Bahkan Aran sampai melongo melihat barang 'ilegal' yang dibawa sahabat karibnya.
"Om gue baru pulang dari Jepang, dateng-dateng langsung bawa ini satu kontainer. Ya masa gue tolak?" Kata Mirza bangga, tertawa menatap mata-mata yang penuh keterkejutan di sekelilingnya.
Frans menaruh tangan di pinggang, menghela nafas. Lelaki itu nampak sedikit kesal. "Jadi kalian ngajak ngumpul pagi-pagi cuma buat ini?"
"Demi apapun gue ga tau," Aran mengibaskan tangan cepat. "Dia yang ngasih ide. Gue bagian ngajak ngumpulnya doang," katanya menunjuk Mirza di sebelah.
Mirza mengangkat bahu. "Soalnya ini banyak banget. Kalau dikasih ke anak-anak 46 pun ga bakal habis. Makanya gue ajak aja sekalian anak-anak 48."
Laki-laki terkhususnya remaja itu susah menahan nafsu. Apalagi bila itu menarik, seperti botol-botol miras yang berada tepat di depan mata mereka, berjajar rapi, siap untuk dibuka.
Salah satu contohnya Lucas, yang dari sinar matanya, kelihatan sekali ia amat tergoda. Sejak tadi ia tidak bisa melepaskan pandangan, mengagumi tiap kilauan botol-botol kaca di hadapannya.
Tep!
Sudah hafal dengan tabiat kawannya, Vion menepuk pundak Lucas dari samping, memperingati. "Awas, masih pagi."
"Vi, botol-botolnya kayak ngegoda gue ga sih?" Bukannya tersadar, Lucas malah semakin melantur.
"Iya lagi, Bang." Amanda di sebelah mengangguk setuju.
Memperhatikan teman-temannya mulai banyak yang tergoda, Adel sebagai wakil Zee langsung mengambil tindakan larangan. "Ga, ga. Ini masih pagi. Minimal kalau mau beginian sore atau malem aja lah. Gimana nasib kalian kalau dari pagi udah ga waras?"
Perkataan Adel benar, bahkan sangat logis. Semua orang pasti paham maksudnya. Tapi sayangnya, lebih banyak yang membiarkan nafsu menguasai mereka.
"Sesekali gapapa lah. Kita juga ga bakal ngapa-ngapain kan? Cuma seneng-seneng aja kok," Mirza maju mendekati Adel, melambaikan tangan santai.
Sorot mata Adel menajam, menunjukkan rasa tidak suka. Laki-laki di depannya ini terlalu santai, aneh, menyebalkan--dan yang paling utama, bodoh. Ia ingin membalas perkataan Mirza, tapi salah satu anggotanya lebih dulu memotong.
"Iya, Del. Kita juga jarang kan, kayak gini? Sesekali gapapa atuh.."
Tanpa memberikan kesempatan Adel untuk bicara, teman-temannya yang lain kembali bersuara.
"Santai aja ga sih.."
"Gue kuat, kok."
"Jangan terlalu serius, Del.."
Seruan-seruan itu terus mendukung satu sama lain, membuat suara Adel pun percuma. Tidak akan ada yang mau mendengarnya. Hingga tanpa sempat menghentikan, botol-botol miras itu sudah digilir ke tiap-tiap tangan yang meminta. Anak-anak geng 48 dan 46 sudah bersatu menikmati kefanaan dunia bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut (ZoyToy)
Fanfiction𝙎𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙠 𝙟𝙖𝙣𝙩𝙪𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙖𝙪𝙩, 𝙉𝙮𝙖𝙬𝙖𝙠𝙪 𝙣𝙮𝙖𝙡𝙖 𝙠𝙖𝙧'𝙣𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙢𝙪 - 𝙉𝙖𝙙𝙞𝙣 𝘼𝙢𝙞𝙯𝙖𝙝 "Jadi lebih baik dari aku ya Toy?" - Azizi Asadel Natio "Kamu harus lebih bahagia dari aku, Zoy." - An...