"Yak, itu saja tugasnya. Simpel kan?"
Hampir seluruh isi kelas menghela nafas. Tampak wajah-wajah lesu dan bingung.
"Ga ada simpel-simpelnya, Bu," keluh Ando dari pojok kelas.
Menanggapi itu, Yona, selaku guru seni budaya, malah melambaikan tangan. "Halah, cuma ngelukis doang kok."
"Tapi ga semua orang bisa ngegambar apalagi ngelukis, Bu."
"Makanya sekarang belajar, Adel. Kanvas, kuas, cat, semuanya udah disediain disini." Jari Yona menunjuk seisi ruangan seni yang dipenuhi dengan banyaknya perlengkapan menggambar dan melulis.
"Ini semua didanain orangtua kamu malah," timpal Yona lagi. "Pasti orangtuamu bangga kalau kamu menggunakan dengan baik fasilitas sekolah ini."
Adel mendengus. Tiada hari tanpa guru yang menyinggung kekayaan orangtuanya. Ia sungguh muak mendengarnya.
"Pokoknya gunakan jam pelajaran ini sebaik mungkin. Temanya bebas, jadi silakan asah kreatifitas kalian. Kalau belum selesai boleh dilanjut di rumah," perintah Yona sebelum ia meninggalkan kelas untuk pergi ke ruang rapat.
Zee mengusap belakang kepalanya gusar. Sudah hampir 30 menit sejak Yona keluar ruangan, tetapi kanvas di depannya masih bersih. Belum ada ide satu pun yang muncul di benaknya.
Gadis itu lalu melirik ke sebelah. Ada Marsha yang sedang fokus menggambar pola disana. Dilihat sekilas sih, sepertinya perempuan itu menggambar sebuket bunga.
Kini mata Zee ganti menoleh ke samping kirinya. Ia berusaha menebak objek yang berusaha digambar temannya, tetapi tidak bisa. "Itu gambar apa, Tin?" Pada akhirnya ia memilih bertanya langsung.
"Menurut lo?"
"Marsha and the bear ya?"
Jawaban Zee sukses memancing amarah Kathrina. "Yeu kocak! Lo ga bisa liat apa? Jelas-jelas ini Opah sama Tok Dalang!"
"Hah??" Zee melotot untuk memperhatikan lebih cermat. Mau bagaimanapun, matanya tetap tidak bisa menemukan unsur Opah dan Tok Dalang disana.
"Ish, jelas-jelas ini Opah sama Tok Dalang yang lagi ngedate. Gitu doang ga tau. Ga pernah nonton Upin Ipin ya??"
Perkataan itu cukup melukai hati mungil Zee. Padahal ia adalah penonton setia kartun televisi tersebut. Bisa-bisanya ada yang meragukan. Tetapi ia tahu tidak ada gunanya membalas. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat jelas bahwa itu adalah Opah dan Tok Dalang, dan Zee bukan salah satunya.
Zee memperhatikan seisi ruangan. Tampak semuanya sibuk menggerakkan tangan. Hanya dia yang masih bingung. Kembali menatap kanvas kosong miliknya, Zee berpikir keras. Apa yang harus ia gambar?
Setelah berkutat lama, akhirnya Zee memutuskan untuk menggambar mahkluk kesukaannya, dinosaurus. Seperti anak-anak memang. Tetapi semua orang bebas menggambar apa yang disukainya kan? Toh, Kathrina saja menggambar tokoh di dalam Upin&Ipin.
Memainkan jarinya dengan lihai, 20 menit kemudian sketsa dinosaurusnya selesai. Tidak terlalu rapi, tapi Zee puas dengan hasilnya.
"Wow.."
"Keren banget.."
"Kok bisa sih?"
Mendengar bisik-bisik suara dari arah lain, Zee menoleh. Banyak sekali teman kelasnya yang sedang berkerumun di satu meja. Kalau tidak salah, itu tempat Christy. Karena penasaran, Zee pun ikut melihat.
"Bener-bener ya lo Christy. Semua aja lo embat. S-E-M-U-A!" Ucap Adel terdengar kesal. Sepertinya ia frustasi dengan gambarnya sendiri, dan melihat kerja Christy membuatnya semakin sebal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bertaut (ZoyToy)
Fanfiction𝙎𝙚𝙥𝙚𝙧𝙩𝙞 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙠 𝙟𝙖𝙣𝙩𝙪𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙖𝙪𝙩, 𝙉𝙮𝙖𝙬𝙖𝙠𝙪 𝙣𝙮𝙖𝙡𝙖 𝙠𝙖𝙧'𝙣𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣𝙢𝙪 - 𝙉𝙖𝙙𝙞𝙣 𝘼𝙢𝙞𝙯𝙖𝙝 "Jadi lebih baik dari aku ya Toy?" - Azizi Asadel Natio "Kamu harus lebih bahagia dari aku, Zoy." - An...