Di dalam istana Yvigadlr, di ibu kota Niflheim, para Raja baru saja menyelesaikan diskusi panjang mereka mengenai diplomasi. Suasana yang tadinya tenang berubah menjadi keheningan ketika sebuah suara ledakan besar menggema hingga terdengar dari dalam aula. Suara itu cukup kuat untuk mengguncang kaca-kaca jendela dan menghentikan semua percakapan.
"Suara apa itu?" tanya Raja Witara dengan dahi berkerut, suaranya penuh kehati-hatian.
Raja Belrund melirik Kaisar Sigvard dengan seringai kecil di wajahnya. "Hm, apa kau sedang menyembunyikan sesuatu, Kaisar? Mungkin sebuah senjata rahasia?" ucapnya dengan nada menggoda, meskipun matanya menyiratkan rasa penasaran.
Kaisar Sigvard tidak menjawab, tatapannya mengeras, mencoba memahami asal suara itu. Namun, di sudut ruangan, Eldjfall hanya tertawa kecil, tawa yang sarat dengan sesuatu yang misterius.
"Suara itu..." Eldjfall bergumam, namun berhenti sejenak seolah menikmati perhatian semua orang.
"Suara apa itu, Tuan Eldjfall?" Ragnar bertanya dengan suara penuh kehati-hatian. Namun, sebelum Eldjfall sempat menjawab, seorang penjaga istana berlari masuk ke dalam aula. Napasnya terengah-engah, dan wajahnya penuh keringat.
"Yang Mulia..." katanya, suaranya terputus-putus. "Terjadi ledakan besar... sepertinya berasal dari kota Ulvr."
Mendengar itu, Raja Calim yang semula tenang berubah terkejut. "Kota Ulvr?" tanyanya dengan nada heran.
Eldjfall menatap para Raja satu per satu, senyum tipis namun penuh arti menghiasi wajahnya. "Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Orang itu… Jabul… akhirnya membawa masalah."
"Apa yang sebenarnya terjadi di sana?" tanya Gareth dengan suara dalam, tangannya sudah mengepal.
Eldjfall melangkah maju, pandangannya tajam. "Ledakan ini… adalah awal dari kekacauan yang lebih besar. Jika kalian semua benar-benar mencari perdamaian melalui diplomasi ini, maka sekarang adalah waktunya untuk membuktikannya."
Kata-katanya bergema di dalam aula, menyisakan keheningan tegang. Para Raja saling bertukar pandang. Meskipun mereka berasal dari wilayah yang berbeda dengan sejarah konflik yang panjang, ada sesuatu dalam ucapan Eldjfall yang memantik kesadaran kolektif mereka.
Raja Witara mengangguk perlahan, diikuti oleh Raja Belrund yang menyilangkan tangannya dengan ekspresi tegas. Kaisar Sigvard, meskipun terlihat enggan, akhirnya memberikan anggukan kecil.
"Baiklah," kata Raja Calim dengan suara lantang. "Jika kita memang berniat untuk menunjukkan kesatuan di tengah krisis ini, maka tidak ada waktu yang lebih baik daripada sekarang."
Gareth maju, tatapannya penuh tekad. "Izinkan aku memimpin jalan menuju Ulvr, Yang Mulia. Aku akan memastikan semuanya dalam kendali."
Keputusan telah diambil. Dengan tatapan yang sarat dengan determinasi, para Raja bersiap untuk menghadapi ancaman yang belum mereka pahami, tetapi satu hal jelas—perjalanan ini akan menguji batas diplomasi mereka dan keberanian mereka sebagai pemimpin.
Dari balik puing-puing reruntuhan, Arslanian terbangun perlahan. Pakaiannya lusuh dan berdebu, tubuhnya penuh luka, dengan darah yang mengalir dari beberapa bagian. Kepalanya berdenyut hebat, tetapi ia memaksa dirinya bangkit, mengamati kehancuran di sekitarnya. Bangunan penginapan yang megah kini telah menjadi abu, dan tanah di sekelilingnya rata oleh kekuatan ledakan. Tidak ada satu pun yang tersisa kecuali sisa-sisa kayu hangus dan pecahan batu.
Di tengah kekacauan itu, cahaya dari **Permata Cakrawala** masih memancar, namun kali ini bercampur warna merah gelap yang menyeramkan. Pancaran itu memancarkan hawa dingin yang menekan, membuat jantung Arslanian berdegup lebih cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and light: The Untouchable and the Ghost
AcciónTiga tahun setelah Perang Empat Puncak yang mengubah takdirnya, Gareth, ksatria terhormat dari kerajaan Aryllie, kini dikenal dengan gelar The Untouchable. Keberaniannya yang luar biasa dalam menghadapi 600 ksatria dari tiga kerajaan sendirian menja...