Chapter 33: War of the Aphorise

0 0 0
                                    

Di tengah malam yang pekat, langit hanya diterangi cahaya redup bulan, Aliansi Ksatria semakin mempercepat langkah mereka menuju Aphorise. Namun, setiap jalan yang mereka lewati seolah menjadi ladang pertempuran tanpa akhir. Makhluk-makhluk mayat hidup terus bermunculan dari bayangan gelap, menyerang tanpa henti. 

"Apa ini masih belum cukup!?" Alron berteriak dengan suara geram, napasnya tersengal-sengal. Baju zirahnya basah oleh keringat dan darah. 

"Semuanya tetap waspada!" seru Gareth lantang, suaranya memotong gemuruh pertempuran. "Sepertinya di malam hari mereka jauh lebih kuat. Jangan sampai terpisah!" 

Di garis depan, Bjornsson memimpin serangan dengan kekuatan yang nyaris tak tertandingi. Pedangnya menyapu dalam ayunan kuat, memotong mayat hidup dengan satu tebasan, sementara tamengnya menjadi benteng kokoh yang melindungi para ksatria di belakangnya. "Apa kita masih jauh dari tujuan?" tanyanya dengan nada lelah, namun semangat bertarungnya tetap membara. 

Michael, yang berada di tengah barisan, menjawab tanpa ragu, "Kita masih dua hari lagi. Jika kita terus bertahan seperti ini, kita akan sampai dalam waktu dua hari." 

Sementara itu, Ragnar berada di posisi belakang, mengawal para raja bersama beberapa ksatria lainnya. Ia mengamati pergerakan musuh dengan teliti, sesekali memberi aba-aba kepada rekan-rekannya untuk menutup celah. 

"Yang Mulia," ujar Ragnar dengan nada tenang namun tegas, "malam telah larut. Setelah kita menghabisi semua musuh di sekitar, kita harus segera membangun tenda untuk beristirahat." 

Raja Calim, dengan wajah yang tetap tenang meski jelas lelah, mengangguk setuju. "Ya, benar. Ragnar, perintahkan beberapa ksatria untuk segera mendirikan tenda." 

Raja Witara, yang berdiri tak jauh dari mereka, menambahkan, "Jangan lupa untuk merawat ksatria yang terluka. Kita tidak boleh membiarkan mereka begitu saja. Mereka adalah kekuatan kita." 

Kaisar Sigvard, yang jarang berbicara selama perjalanan, melirik ke arah medan pertempuran dengan tatapan dingin. Suaranya rendah namun penuh wibawa. "Kita tidak boleh lengah. Perkuat pertahanan dan atur ulang formasi. Kita akan terus berjuang sampai mencapai Aphorise." 

Dengan arahan tersebut, para ksatria yang tersisa segera bergerak. Beberapa mulai mendirikan tenda di tempat yang dianggap aman, sementara yang lain tetap berjaga di garis depan, menghadapi serangan demi serangan makhluk mengerikan yang terus menghantui mereka. Meskipun kelelahan terlihat di setiap wajah, tekad mereka untuk melindungi para raja dan menyelesaikan misi tetap tak tergoyahkan. 

Hari-hari penuh perjuangan terus berlalu bagi Aliansi Ksatria. Dengan tekad bulat, mereka mengalahkan semua makhluk yang menghalangi jalan, meskipun beberapa dari mereka mulai berguguran. Namun, setiap nyawa yang hilang memperkuat semangat mereka untuk menyelesaikan misi ini. 

Di malam, mereka tiba di tepi desa Aphorise, tujuan akhir perjalanan panjang ini. Sebuah tenda besar didirikan untuk para pemimpin, tempat strategi terakhir akan direncanakan. 

"Baiklah, semuanya telah berkumpul," ujar Raja Calim, memecah keheningan. "Esok pagi, kita akan menuju Aphorise. Kita harus mengatur strategi yang matang." 

Ia memandang wajah-wajah tegang di sekitarnya. "Selama dua hari terakhir, kita telah berjuang mati-matian untuk sampai ke sini. Meskipun jumlah ksatria kita yang gugur relatif kecil, perjuangan ini telah melemahkan mereka. Jangan lupakan bahwa mereka hanyalah manusia biasa." 

Kaisar Sigvard mengangguk perlahan, lalu berkata dengan suara yang berat, "Desa Aphorise... Apakah esok hari akan menjadi penentuan bagi dunia kita? Kita harus mengerahkan segala kemampuan untuk menghentikan Penyihir itu sebelum segalanya terlambat." 

Dark and light: The Untouchable and the Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang