Chapter 31: Union of Kingdoms

0 0 0
                                    

Malam itu, di atas geladak sebuah kapal yang berlayar menuju semenanjung Malhova, Raja Calim berdiri memandang ke laut yang gelap. Ombak bergulung perlahan, namun ada sesuatu di udara—perasaan berat yang tidak bisa dijelaskan.

"Perasaan apa ini?" gumam Raja, lebih kepada dirinya sendiri.
Di sampingnya, Michael, Ksatria Terhormat Aryllie, ikut mengamati sekeliling dengan wajah penuh kewaspadaan. "Yang Mulia, jika benar Penyihir Kegelapan itu telah bangkit, ini adalah bencana yang lebih besar daripada yang kita bayangkan."

Raja Calim mengangguk, matanya yang tajam mencerminkan kekhawatiran yang mendalam. "Michael, sudahkah kau mengirim pesan kepada Gush untuk mempersiapkan pasukan?"
"Sudah, Yang Mulia. Ksatria Terhormat dan Ksatria Utama Aryllie akan bergerak segera."

"Bagus," ujar Raja Calim. "Sesampainya kita di semenanjung Malhova, kita akan langsung menuju Aphorise. Kerajaan lain juga sedang mempersiapkan kekuatan mereka. Kali ini, kita harus memastikan Aryllie memberikan segalanya."

Di kapal lain yang berlayar bersama rombongan, Raja Witara dari Tsanith berdiri memandang lautan dengan ekspresi tegang. Tangannya menggenggam kuat pagar kapal, seolah sedang menahan beban besar.

"Jika benar Penyihir Kegelapan itu telah bangkit, kita harus siap menghadapi sesuatu yang jauh melampaui pemahaman kita," katanya, suaranya rendah namun penuh tekad.

Seorang pengawalnya mendekat dan memberi hormat. "Yang Mulia, seluruh Ksatria Surya telah dipersiapkan. Mereka siap menuju Aphorise kapan saja, membawa nama Tsanith dalam perjuangan ini."

Raja Witara menarik napas panjang dan mengangguk. "Bagus. Kita tidak akan mundur. Ini bukan hanya soal kerajaan kita—ini tentang dunia yang kita tinggali. Kita harus melawan dengan segala yang kita punya."

Di atas kapal besar dan menyeramkan milik kerajaan Hemeron, Raja Belrund berdiri dengan senyum liciknya. Langit malam di atasnya tampak pekat, tetapi tatapannya tak tergoyahkan.

"Penyihir Kegelapan atau kerajaan tersembunyi... aku tidak peduli," gumamnya, senyumnya melebar. "Jika mereka memiliki sesuatu yang berharga, kita akan merebutnya."

Para prajuritnya di dek mengeluarkan sorakan setuju, semangat perang yang mereka bawa terasa membara bahkan di tengah malam kelam.

Sementara itu, di ibu kota Niflheim, di istana megah Yvigadlr, Kaisar Sigvard berdiri di depan barisan Ksatria Sven. Mereka adalah prajurit terbaik yang dimiliki kerajaan, tubuh mereka kokoh dan mata mereka bersinar penuh tekad. Di depan barisan itu, Bjornsson, pemimpin mereka, maju dan memberi hormat.

"Kaisar," ujar Bjornsson dengan suara lantang, "kami siap mempertaruhkan nyawa demi Yvigadlr, dan demi kedamaian dunia."

Kaisar Sigvard mengangguk pelan, matanya menyapu seluruh barisan prajurit di hadapannya. "Aku menghargai tekad kalian, para ksatria Sven. Ketahuilah, kali ini kita tidak berperang dengan manusia biasa. Kita akan menghadapi sesuatu yang jauh melampaui apa pun yang pernah kita hadapi sebelumnya. Tetapi aku percaya pada kalian. Bersama, kita akan berjuang demi masa depan, demi kehidupan, dan demi semua yang kita cintai."

Suara tepukan senjata ke tameng menggema di aula, tanda semangat mereka yang berkobar. Kaisar Sigvard berdiri lebih tegap, hatinya dipenuhi rasa bangga dan harapan—bahwa meski musuh kali ini adalah kegelapan itu sendiri, cahaya perjuangan mereka tidak akan pernah padam.

Sebulan telah berlalu sejak perjalanan besar dimulai. Para raja dari empat kerajaan, bersama ksatria terkuat mereka, akhirnya berkumpul di Semenanjung Malhova. Wilayah yang masih berada dalam kekuasaan Aryllie ini menjadi tempat berkumpul yang strategis. Hampir seribu ksatria dari seluruh penjuru berkumpul di sana, bersatu dalam tujuan yang sama: melawan Penyihir Kegelapan yang telah bangkit. 

Dark and light: The Untouchable and the Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang