Chapter 25: War of the Four Peaks

4 1 0
                                    

•274•

Suasana terasa damai di dataran subur Aryllie, di mana Raja Callum berdiri berdampingan dengan Kaisar Sigvard. Langit cerah, hamparan rumput rendah terhampar sejauh mata memandang, memberikan aura khidmat pada percakapan kedua pemimpin besar tersebut.

"Kaisar, sepertinya apa yang saya dan Anda perjuangkan semakin dekat dengan kenyataan," ujar Raja Callum, suaranya penuh keyakinan.

Kaisar Sigvard mengangguk kecil, meskipun ekspresinya tetap serius. "Ya, semoga saja," balasnya singkat, matanya menatap jauh ke horizon, seolah mencari jawaban dari kekhawatiran yang menghantui benaknya.

Raja Callum melanjutkan dengan penuh semangat. "Mari kita kesampingkan segala perbedaan dengan Hemeron dan Tsanith. Kita tahu konflik mereka telah berlangsung selama puluhan tahun, tapi saya yakin... melalui kerja sama ini, kita bisa menciptakan perubahan besar. Sebuah dunia yang damai dan sejahtera."

Kata-kata itu menggantung di udara. Kaisar hanya melirik sekilas ke arah Raja Callum. Meski ia tak mengucap sepatah kata pun, pandangan itu cukup untuk menunjukkan bahwa ia memahami—dan berbagi—visi besar Callum, meski ia juga tahu bahwa misi ini nyaris mustahil.

Namun, keheningan itu tiba-tiba dipecahkan oleh suara langkah kaki tergesa-gesa dari kejauhan.

"Yang Mulia!" Teriakan penuh kecemasan menggema, membuat kedua pemimpin menoleh serempak.

"Gush?" Raja Callum mengenali salah satu ajudannya yang datang dengan nafas terengah-engah.

"Ada apa?" tanya Callum dengan nada yang kini dipenuhi kekhawatiran.

"Hemeron, Yang Mulia..." Gush terdiam sesaat, mencoba mengatur nafas. "Kerajaan Hemeron telah melancarkan invasi ke Tsanith!"

Kedua pemimpin itu membeku. Wajah Raja Callum yang semula bersinar dengan optimisme kini pudar seketika, sementara Kaisar Sigvard hanya menutup matanya sejenak, seperti mencoba mencerna kabar buruk ini.

"Tsanith meminta bantuan dari kita, Yang Mulia," lanjut Gush dengan nada mendesak. "Jika kita tidak membantu mereka, hubungan kita dengan Tsanith bisa hancur, dan rencana perdamaian ini akan berantakan."

Raja Callum mengepalkan tangannya, raut wajahnya berubah tegas. "Segera kerahkan seluruh ksatria yang tersedia. Kita akan membantu Tsanith. Kita tidak akan membiarkan perang ini menghancurkan apa yang sudah kita bangun."

Sigvard menatap Callum dalam diam, sebelum akhirnya mengangguk kecil. Meskipun kata-kata tidak terucap, sorot matanya menunjukkan persetujuan, sekaligus kesadaran bahwa mimpi mereka baru saja memasuki tantangan terbesarnya.

Langkah Raja Callum yang tegas membawa rombongannya menuju medan perang, tapi di balik itu semua, awan gelap penuh keraguan mulai mengintai mimpi besar mereka.

Kerajaan Tsanith, yang biasanya memancarkan pesona tropis dengan pantai-pantai indah dan pohon-pohon rimbun, kini kehilangan kehangatan dan keindahannya. Sebagian wilayahnya porak-poranda, hangus terbakar akibat invasi mendadak dari Kerajaan Hemeron. Aroma asap dan reruntuhan memenuhi udara, menyelimuti apa yang tersisa dari kedamaian wilayah itu.

Raja Callum, bersama rombongan pasukan Aryllie dan ajudannya, Gush, memasuki istana Tsanith. Bangunan itu, meskipun tetap berdiri megah dengan arsitektur tropis khasnya, tampak lusuh dan terluka oleh perang. Patung-patung penjaga di gerbang utama kini berhiaskan debu dan retakan.

“Yang Mulia Raja Witara,” ujar Gush dengan hormat, membungkukkan badan ketika mereka mencapai ruang pertemuan.

Raja Witara, dengan jubah sederhana namun anggun, menatap Raja Callum dengan ekspresi yang dingin. “Raja Callum,” balasnya singkat. Sorot matanya penuh kecurigaan.

Dark and light: The Untouchable and the Ghost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang