Matahari pagi perlahan menyembul dari balik cakrawala, menerangi medan yang penuh dengan tubuh-tubuh busuk. Para ksatria dari keempat kerajaan berdiri di antara tumpukan mayat makhluk yang telah mereka lawan sepanjang malam. Napas mereka berat, tubuh mereka penuh luka dan noda darah, tapi semangat mereka tetap menyala.
“Sepertinya ini yang terakhir,” ujar Geralt seraya mencabut pedangnya dari tubuh makhluk yang kini tak lagi bergerak.
Di dekatnya, Alron mengibaskan darah dari bilah pedangnya. “Tidak kusangka kita akan menghadapi makhluk aneh seperti ini,” gerutunya dengan nada kesal.
Bjornsson yang berdiri di sisi mereka mengamati sekitar dengan dahi berkerut. “Mungkinkah ini semua adalah perbuatan Penyihir Kegelapan? Makhluk-makhluk ini pasti dikendalikan.”
Michael, yang telah memimpin sebagian pasukan untuk melindungi tenda para raja, mendekati mereka. “Bisa jadi. Kita masih tidak tahu sejauh mana kekuatannya. Tapi ini... ini hanya permulaan.”
Dari arah tenda, Ragnar muncul dengan langkah tegas. Tubuhnya dipenuhi bekas pertempuran, namun sorot matanya tetap tajam. “Apa di sini sudah terkendali?” tanyanya.
“Sudah. Semua makhluk ini telah dihancurkan,” jawab Geralt, matanya melirik ke medan pertempuran yang kini sunyi.
Ragnar mengangguk singkat. “Baik. Para Raja telah memberi perintah. Kita harus bersiap-siap. Perjalanan menuju Aphorise akan dimulai sekarang.”
Tak lama, Raja Calim keluar dari tendanya. Wajahnya tampak tegang saat matanya menyapu pemandangan mayat-mayat hidup yang berserakan di sekitar kemah. Mereka dulunya manusia, tetapi kini hanya menjadi alat kehancuran yang dimanfaatkan oleh kekuatan jahat.
“Kita tidak bisa mundur sekarang,” lirihnya, suaranya hampir tenggelam oleh angin pagi.
Raja Belrund, yang tubuhnya berlumuran darah musuh, mendekati Raja Calim dengan seringai khasnya. “Hei, Raja Calim. Apa pemandangan ini membuatmu tidak nyaman?” godanya dengan tawa kecil.
Raja Calim menoleh, memperhatikan penampilan Raja Belrund yang tampak seperti baru keluar dari neraka medan perang. “Apa kau sengaja ikut bertarung?” tanyanya.
“Tentu saja!” jawab Belrund sambil tertawa lepas. “Kau pikir aku akan melewatkan kesempatan ini?”
Raja Witara dan Kaisar Sigvard bergabung, langkah mereka tegas. Raja Witara berbicara pertama, “Kita harus segera bergerak menuju Aphorise. Tidak ada waktu untuk menunda.”
“Kabar terakhir menyebutkan pasukan kita telah siap,” tambah Kaisar Sigvard dengan suara berat. “Tidak ada alasan untuk menunggu lebih lama.”
Geralt dan Bjornsson datang dengan mengenakan baju zirah kebanggaan masing-masing. Cahaya pagi memantul di permukaan armor mereka, memberikan aura kepahlawanan yang memukau.
“Yang Mulia,” Geralt berbicara dengan nada hormat. “Para ksatria telah bersiap. Kami menunggu perintahmu.”
Bjornsson menambahkan dengan nada bersemangat, “Semua pasukan sudah siap bergerak kapan saja.”
Raja Calim mengangguk, menatap para Raja dan ksatria yang berkumpul di sekelilingnya. “Baiklah,” katanya, suaranya menggema di udara pagi. “Para ksatria sekalian! Hari ini, kita akan menuju Aphorise untuk mengakhiri semua ini. Bersiaplah. Perjalanan kita adalah untuk menyelamatkan dunia!”
Sorakan penuh semangat bergema dari para ksatria. Mereka menyadari ancaman yang menanti, tapi tekad mereka tidak tergoyahkan. Matahari pagi kini menyinari mereka sepenuhnya, menerangi awal perjalanan menuju Aphorise—tempat di mana nasib dunia akan ditentukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark and light: The Untouchable and the Ghost
ActionTiga tahun setelah Perang Empat Puncak yang mengubah takdirnya, Gareth, ksatria terhormat dari kerajaan Aryllie, kini dikenal dengan gelar The Untouchable. Keberaniannya yang luar biasa dalam menghadapi 600 ksatria dari tiga kerajaan sendirian menja...