Ch.20

202 7 0
                                    

Di ruang pemeriksaan dokter, Arwen merintih perih. Matanya sembab karena menangis sakit. Dalam hati berpikir apa Aragon sengaja membuatnya luka? Akan tetapi, jika sengaja, lalu kenapa Moreen disuruh cepat membawanya ke rumah sakit?

“Saya tidak tahu apa isi salep itu karena Anda tidak membawanya. Tapi, ini adalah luka bakar. Meski dikategorikan ringan, tetapi tetap saja menimbulkan rasa perih dan panas jika tidak segera diobati. Dapat dari mana salepnya?” tanya dokter yang mengobati.

Arwen menggeleng, “Tidak tahu, diberikan teman. Katanya bisa untuk mengobati luka, ternyata … saya tidak tahu apa isi salepnya, Dokter.”

Tirai di ruang IGD terbuka, Aragon dikawal oleh Baron telah hadir. Dokter yang memandang kaget segera menunduk dan kembali fokus mengobati. Melihat ciri fisik dan ekspresi sang mafia, dokter itu tahu ini bukanlah lelaki sembarangan.

“Kenapa dengan Arwen?” desis Aragon menatap tajam pada doker IGD.

“Uhm, sepertinya Nona Arwen memiliki luka bakar akibat pengolesan salep yang tidak jelas asal-usulnya, Tuan,” jawab sang dokter tersenyum takut.

“Luka bakar? Tidak mungkin! Aku sudah sering memakai salep seperti itu! Dia juga sebelumnya memakai salep itu dan tidak ada masalah!” tukas Aragon tidak mau percaya hingga mengerutkan kening.

Dokter menarik napas panjang, takut salah berbicara, lalu menjawab, “Jika saja salepnya dibawa, saya bisa memeriksa apa yang ada di dalamnya. Sayang, salep tidak dibawa. Apa mungkin tertukar dengan salep lain?”

“Fucking no way!” erang Aragon makin menatap kesal. “Salep itu hanya ada satu di rumahku!”

Lalu, matanya menatap pada Arwen yang menunduk ketakutan. “Little Girl, kamu baik-baik saja?”

Mengangguk, suara pelan Arwen menjawab, “B-baik … hanya pa-panas saja.”

Dokter kemudian mulai mengolesi obat, “Setelah ini akan terasa sedikit sejuk di kulit. Obatnya akan masuk sebentar lagi dan mengurangi rasa sakit.”

“Setelah saya selesai mengobati semua luka bakar di punggung bawah ini, Nona Arwen boleh pulang."

Kening Aragon mengerut, “Tidak perlu rawat inap?”

“Tidak, Tuan.”

“Rawat inap saja. Aku tidak mau di rumah nanti dia berteriak kesakitan lagi. Membuat kerjaku terganggu. Kalau di rumah sakit aku lebih tenang,” desis sang mafia.

Dokter jaga bingung. Biasanya orang bahagia jika tidak perlu rawat inap. Ini justru minta rawat inap?

“Well, saya rasa observasi satu malam tidak masalah, Tuan. Akan segera saya minta perawat mempersiapkan kamar untuk Nona Arwen.”

“VVIP! Aku tidak mau ada orang lain di kamar!” utas Aragon.

“Siap, Tuan!”

BERSAMBUNG
BACA SELENGKAPNYA DI NIH BUAT JAJAN

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang