Ch.15

360 14 0
                                    

Dada Arwen kembang kempis menahan ketakutan. Adrenalin masih terasa begitu deras mengalir di tiap tetes darah, berputar melewati seluruh tubuh, berotasi di jantung.

Tatap Aragon padanya masih sebuah pertama kali membawanya ke kamar bermain tadi. Batin ingin bertanya kenapa cara bercinta lelaki itu di luar kebiasaan pada umumnya? Akan tetapi, tak ada waktu untuk berpikir lebih banyak.

“Lukamu akan kering dan mulai sembuh satu minggu dari sekarang. Saat itu, aku pasti akan membawamu ke ranjang ini, membuka lebar kakimu, dan menerabas masuk,” desis Aragon kembali meremas rahang sang gadis.

Ia terkekeh bengis, “Jadi, katakan … bagaimana supaya kamu tidak pingsan lagi?”

“S-saya … saya takut, T-Tuan,” jawab Arwen menahan air mata, napas tersengal.

“Takut?” ulang mafia brengsek itu mengerutkan kening.

Mengangguk, bibir gemetar ketika menjawab, “Ta-takut … d-dan … s-sakit ….”

Aragon melepas cengkeramannya dari dagu belah Arwen. “Kamu pingsan karena takut padaku dan kesakitan?”

“I-iya … mu-mungkin … mungkin be-be … begitu?”

Menghela malas, Aragon menatap tajam, “Lalu, aku harus memakaimu dengan cara apa, hah?”

Mendengar kata “memakai”, betapa hati Arwen tersayat, terluka.

Memakai?

Hanya sedemikian artinya sebagai wanita di hadapan Aragon? Hanya seperti sebuah barang yang ia pakai? Tak ada artinya sama sekali, tak ada harganya!

“Jawab aku!” bentak Aragon menggebrak ranjang.

Arwen terkesiap dari lamunannya. “S-saya … sa-saya tidak tahu, Tuan!” serunya reflek. “Saya masih perawan!”

“Saya belum pernah berhubungan badan dengan lelaki mana pun!” engahnya kembali menangis ketakutan.

Melepas napas jengah, Aragon memandangi tubuh sintal yang memang terbukti masih perawan itu. Tertawa sendiri, membayangkan menjebol keperawanan seorang wanita secantik Arwen.

Surga dunia!

Suara Arwen kembali terdengar dengan getar ketakutan yang sama. “Y-yang sa-saya … yang saya ta-tahu ... setahu saya, kalau … itu … kalau bercinta … lembut, Tuan.”

“Bercinta dengan lembut?” desis Aragon, mengambil sebatang rokok dari paknya, lalu menyalakan.

Sembari asap putih mengepul. Menyembur dalam satu garis lurus ke atas, ia bertanya singkat, “Bagaimana caranya bercinta dengan lembut?”

Mata Arwen kembali terbelalak bingung. ‘Apa dia sama sekali tidak pernah memperlakukan wanita dengan lembut selama ini? Ya, Tuhan! Dia benar-benar gila!’ batinnya berteriak lirih.

“What? Kenapa menatapku begitu? Kamu pikir aku tahu caranya bercinta dengan lembut, heh?” hentak sang mafia, mengepulkan asap rokok ke arah wajah Arwen, membuat gadis itu terbatuk.

Menggeleng, memijit keningnya, Aragon mengembus kesal. “Fuck, kena asap rokok saja kamu batuk? Kamu ini usia 19 tahun apa 9 tahun, hah? Shit! Menyebalkan sekali!”

“Pergilah ke kamarmu sana!” usir pria itu dengan tangan yang berayun, seakan sedang mengusir seekor kucing.

“B-baik, Tuan,” angguk Arwen perlahan menurunkan kaki dari atas ranjang.

Namun, begitu ia berdiri, ternyata tungkai terasa sangat lemah. Kepala pun terasa berputar. Ia terduduk dengan sendirinya, lalu napas memburu serta keringat dingin mulai keluar di lengan serta wajah.

“Kenapa lagi kamu?” bentak Aragon benar-benar kesal.

“Saya tidak tahu, Tuan. Rasanya lemas dan pusing. Boleh memanggil Moreen untuk membantu saya ke kamar?” jawab Arwen menunduk, takut untuk menatap ke wajah tampan lelaki gila bernama Aragon Vincenzo.

“Shit! Menyusahkan sekali!” geleng Aragon, meletakkan rokok di atas asbak.

Ia berdiri dan kaki berototnya mendekati Arwen. Mendadak, ia menggendong sang gadis di depan dada bidang yang kokoh. “Menunggu Moreen terlalu lama, aku akan membawamu ke kamarmu sendiri, fucking girl!” desisnya mengoceh kesal.

BERSAMBUNG
BACA SELENGKAPNYA DI NIH BUAT JAJAN

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang