Ch.12

224 7 1
                                    

Arwen baru berusia 19 tahun. Well, kurang tiga bulan lagi akan menjadi 20 tahun. Namun, apa yang dia lihat di depan mata tidak pernah terbayangkan selama jumlah angka dalam kehidupannya tersebut.

“Pilih satu yang mana kesukaanmu?” bisik Aragon berdesis di telinga harum. Lidah menjulur, membasahi belakang telinga hingga tengkuk.

Dua telapak tangan yang besar dan kokoh kembali merayap di buah dada sang gadis. Meremas, menikmati kekenyalan yang terasa menggiurkan. “Ayo, cepat pilih satu! Mau yang mana, Little Girl?”

Terengah, bahkan tersengal. Wajah yang telah dirias cantik mendadak jadi pucat pasi. Keringat dingin keluar dari pori-pori kulit. Arwen gemetar, kaki pun lemas. “I-ini … ini a-apa?”

Aragon tertawa mendengar pertanyaan itu. “Kamu tidak tahu itu apa? Oh, come on! Are you going to take me for a fool, hah? Kamu pikir aku bodoh?”

Arwen menggeleng, semakin bingung hingga menelan salivanya berkali-kali. Perut mendadak mulas, lambung melontarkan rasa mual, kaki entah bagaimana caranya bisa berdiri.

“CEPAT PILIH ATAU AKU PAKAI SEMUANYA PADAMU!”

Suara Aragon membentak sekencang guntur di padang ilalang saat terjadi tornado dan hujan lebat. Napas lelaki kejam itu memanas. Dengkus brengseknya sudah tidak sabar ingin melihat Arwen ada di dalam kekuasaannya untuk disiksa.

“Aku tidak tahu apa yang harus dipakai! Aku tidak pernah melihat alat-alat ini!” rintih Arwen menatap dengan sorot mengiba. Berharap ada secercah rasa kasihan untuk dirinya yang memang tidak tahu apa-apa.

“Fucking bitch! Berpura-pura suci, hah!” jambak Aragon di rambut cokelat tua sepanjang pinggang.

“Aduuuh!” jerit Arwen saat rambutnya dijambak ke belakang, bersamaan dengan Aragon kemudian berjalan cepat menyeret helaian itu. “Lepaskan rambutku! Sakit! Sakit!”

Apakah sang mafia peduli? Tentu tidak!

A bastard and a pshyco, that’s who he is!

Lengan kekar berototnya terus menggeret rambut Arwen dalam genggaman kasar hingga gadis tahanannya tertartih, nyaris terjatuh, dan terus menjerit kesakitan.

Ia menyeringai. Kenapa? Karena jerit sakit wanita saat bercinta membangkitkan gairah tersendiri bagi lelaki yang paling ditakuti di dunia bawah tanah kota Milan.

“Tidak tahu mana yang mau dipakai lebih dulu, hah? Oke, Bitch! Biar aku yang menentukannya untukmu!”

BERSAMBUNG
BACA SELENGKAPNYA DI NIH BUAT JAJAN

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang