Mendekati satu minggu waktu pengusiran Leona dari Vincenzo Mansion, Aragon memastikan wanita itu telah benar-benar akan pergi dari Rumania.
“Aku sedih melihat kita seperti ini. Kamu membuangku seakan aku adalah sesuatu yang tak berguna. Seperti pakaian usang, kamu membuangku ke tong sampah hanya karena gadis itu!” erang Leona sembari memasukkan beberapa barang ke dalam kardus besar.
Mafia bengis tersebut hanya berdiri dan menyandarkan lengan kekarnya di kusen pintu. “Kamu sudah kuperingatkan berkali-kali untuk tidak menyentuh Arwen. Tapi, kamu terus melanggar perintahku.”
“Karena aku mencintaimu! Aku yang tulus mencintaimu! Dia hanya memanfaatkanmu untuk mengampuni keluarganya, Aragon! Tapi, kamu dibutakan olehnya! Percayalah, suatu hari nanti kamu akan menyesal!” desis Leona menggeleng dengan mata berkaca-kaca.
Aragon tertawa sinis, “Sudah kukatakan dari dulu, aku tidak ada rasa denganmu! Tapi, otakmu terlalu bebal untuk mengetahuinya!”
“Kamu berusaha membunuh Arwen dan itu membuatku murka! You see, aku tidak tahu apa namanya, tapi aku tidak mau dia celaka! Aku mau dia terus ada di sisiku, karena kehadirannya membuatku tenang!”
Langkah tegap Aragon masuk, mendekati Leona dan wanita itu diam membeku saat dagunya dicengkeram lalu kepala didongakkan ke atas. Begitu kuat tangan Aragon mencengkeram dagunya hingga tulang rahang terasa sakit.
Ancaman sang mafia terdengar serius, “Kamu akan keluar dari rumah ini dengan semua harta ayahmu yang dititipkan padaku! Akan kupastikan pengacara membagi semuanya dengan adil!”
“Atas nama hubungan baik kedua ayah kita, aku memaafkanmu yang telah mencoba membunuh Arwen. Tapi, ingat baik-baik! Jika sekali lagi aku tahu kamu menyakitinya, maka aku akan meledakkan otak sialanmu itu, Leona!”
Wanita berambut cokelat terang menatap dengan jengah. Bibir merah tuanya tersenyum garang, “Dan percayalah padaku, Aragon. Suatu hari nanti kamu akan melihat belangnya seorang Arwen Constantine!”
“Kamu akan menyesal telah memercayainya! Kamu akan menyesal telah menerima suapan darinya di pagi hari! Kamu akan menyesal telah jatuh cinta padanya!”
“Karena yang diinginkan Arwen dan keluarganya adalah kematianmu! Tapi, tenang saja! Kalau pun kamu mati di tangannya, aku yang akan membalaskan dendammu!” kekeh Leona dengan culas dan menepis tangan Aragon dari dagunya.
Pandangnya menyapu ruangan, lalu kembali fokus pada mata cokelat dingin dan kejam di hadapan. “Barangku sudah semua! Aku tak menyisakan apa pun di sini selain perabotan. Silakan kamu bakar semua perabotanku kalau mau.”
“Aku akan pindah ke rumah lama ayahku yang sudah terlalu terbengkalai selama sekian belas tahun karena aku mengikutimu seperti anak anjing pada induknya!”
Aragon menyeringai, “Good! Sampaikan salamku pada hantu-hantu di rumah itu. Semoga mereka tidak mencekikmu di saat malam!” kekehnya menanggapi.
Namun, Leona masih terus saja menjawab, “Adalah kamu yang harus berhati-hati saat malam. Ketika aku pergi, tak ada lagi yang mengawasi Arwen, bukan? Ingatlah selalu, aku yang selalu siap mati untukmu, bukan mempersiapkan kematianmu.”
Lalu, pergilah Leonda dari ruangan itu. Beberapa anak buahnya nampak mengangkat kardus-kardus besar. Kamar sang wanita kosong hanya tersisa perabotan utama saja. Di luar pun sama. Seluruh rumah yang selama ini ditinggali terlihat lengang.
Setelah saudara angkatnya itu menghilang dari pandangan, Aragon bergumam, “Kenapa dia yakin sekali Arwen akan mencelakaiku, Baron? Bagaimana menurutmu?”
“Saya tidak bisa berkata apa-apa, Tuan.” Bodyguard tersebut memilih untuk tetap tidak mengatakan apa pun daripada salah berbicara.
Aragon menatap tajam, “Menurutmu dan Moreen, apakah Arwen memang gadis yang baik atau ada niat tertentu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mafia Dark Lust
Romance"Naik ke atas meja dan buka kakimu dengan lebar!" Aragon Vincenzo memerintah seorang gadis yang nampak ketakutan. Adalah Arwen Constantine yang sekarang gemetaran menghadapi mafia paling bengis di seluruh dataran Italia. Ia terpaksa dijadikan budak...