Ch 40

5.6K 376 92
                                    

Follow IG: @rein_angg / FB: Rein Angg / FB Group: Rein Angg And Friends / TikTok:@rein_angg47

Mendatangi Komisaris Luigi dan menyerahkan data yang ingin diketahui, Baron duduk di kursi panjang depan ruangan salah satu petinggi polisi tersebut.

Tak seberapa lama, pintu terbuka dan seorang ajudan keluar. “Ikuti aku,” ucapnya pelan.

Baron mengangguk, tak bersuara, langkah kaki mengekor di belakang dengan jarak sekitar tiga meter. Rupanya, mereka menuju parkiran di ruang bawah tanah.

Ajudan tersebut kemudian menyerahkan satu buah amplop cokelat besar. “Semua data yang diminta oleh Tuan Aragon ada di sini. Sekali lagi, Tuan Luigi menegaskan bahwa segala sesuatunya adalah off the record. Apa bisa dipahami?”

Satu kali lagi pengawal setia itu mengangguk. “Tentu saja. Tuan Aragon pasti akan menjaga kerahasiaannya. Atas nama beliau, saya mengucap terima kasih banyak untuk bantuannya.”

Saling mengangguk dan memberi hormat dengan sikat, dua lelaki berpisah tanpa berkata apa-apa lagi. Baron memasuki mobil sambil setengah berlari. Ia tidak ingin melihat hasil pengecekan tersebut di sini. Kalau di rumah, ia bisa melihatnya lebih teliti.

Maka, kaki cepat menginjak pedal gas SUV dan langsung mengarahkan setir kendaraan menuju Vincenzo Mansion.

Begitu sampai di tempat tinggal mewah sang mafia, Baron cepat menuju kamarnya untuk memeriksa ulang. Lembar pertama dibaca dengan teliti, tetapi tak ada nama yang bisa dikenali.

Lanjut pada lembaran kedua, masih tak ada juga nama yang ia anggap familiar. Mengecek ada berapa lembar, ternyata ada lima lembar. Baiklah, mungkin ia akan beruntung di lembaran ketiga.

Namun, tak ada hasil juga pada halaman ketiga. Mungkin di halaman keempat?

“Fuck!” desis Baron menggeleng, mengusap dagunya sendiri karena kesal tak menemukan apa yang dia cari.

Menatap gontai pada lembaran kelima, mata memandangi barisan nama orang satu per satu. Dari atas, ke tengah, mulai putus asa karena terus tak ada nama siapa pun hingga ….

“Got you!” seringainya bernapas memburu.

Tiga baris dari akhir, terbaca sebuah nama. “Leona Mariachi!”

***

Wanita yang namanya disebut itu sedang berada di rumah lamanya. Kemarin, dia sudah diusir dari sana dan dilarang kembali oleh Aragon. Namun, peristiwa keracunan sang mafia mengubah perintah tersebut.

Ia datang kembali untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal dan tak ada kepedulian Aragon padanya. Membuat ia kini sedang duduk di sofa lamanya dan memandangi pintu masuk gudang tempat Arwen ditahan di bawah tanah.

Sesekali Leon tertawa bengis, lanjut dengan meneguk whiskey dari gelas berisi es batu ditangan kirinya. “Bitch, akhirnya aku bisa menyiksamu dengan puas! Meski sekarang aku tak diijinkan menyentuhmu lagi, tapi tinggal tunggu waktu saja sampai Aragon menembak kepalamu!”

Seorang anak buah datang dan berbisik padanya. “Nona, ada yang melapor bahwa tadi Baron meminta rekaman CCTV dari dapur tempat Arwen memasak makanan beracun bagi Tuan Aragon.”

Leona hanya tersenyum dingin, “Biarkan saja. CCTV itu sudah dilihat oleh Baron sebelum ini dan tidak ada siapa pun selain Arwen di ruangan itu.”

Lelaki bertubuh tinggi besar mengangguk, “Itu betul. Tapi, tadi sepertinya Baron kemudian memberikan rekama CCTV itu kepada Tuan Aragon.”

“Oh, berarti flashdisc yang dipegang Baron tadi mungkin berisi rekaman CCTV dari pos penjagaan?” desis Leona, menarik napas panjang bersamaan dengan hisapan kuat pada batang rokok.

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang