Ch 22

1.1K 18 0
                                    

Tubuh tinggi besar Aragon berjalan keluar dari ruang kerjanya. Tapak diayun cepat, menaiki tangga, langsung menuju kamar Arwen. Tanpa mengetuk, ia membuka pintu dengan kasar.

“T-Tuan?” engah Arwen menatap dengan wajah yang semburat pucat pasi.

Apa lagi kesalahan yang ia lakukan? Apa lagi yang telah membuat Aragon marah?

Apakah ia akan dibunuh? Apakah ia akan disakiti?

Berbagai pertanyaan sontak meramaikan isi pikiran wanita belia tersebut. Tubuhnya yang hanya berbalut kaos ketat dan celana pendek mulai gemetar ketakutan.

Ia baru saja selesai mandi, rambut cokelat panjangnya saja masih basah dan sedang akan dikeringkan menggunakan hair dryer.

“Tuan? Sa-saya ... ada a—”

Belum selesai Arwen bertanya dengan gemetar, Aragon sudah sampai di depannya dan langsung menjambak rambut panjang.

“Tuaaan! Sakiiit! Sakiiit! Ampuuun!” jerit Arwen memegangi rambutnya yang masih basah.

Aragon menyeret tanpa peduli! Ia terus menggeret, menjambak dengan kasar sembari memaksa sang wanita untuk mengikuti gerak kakinya yang sangat cepat.

“Tuaan! Tuan Aragooon! Ampuni sayaaa! Saya ada salah apa?” Arwen menangis, menjerit kesakitan. Kulit kepalanya serasa lepas, sangat perih!

Tak ada jawaban apa pun dari Aragon, selian …. “Kita akan kembali ke Kamar Bermain, Little Bitch!”

Mata Arwen terbelalak dan napas seakan berhenti di tenggorokan. “Tidaaak! Tidaaak! Jangaaan!”

Meronta sampai menahan-nahan kaki di atas karpet agar tidak terseret oleh tarikan tangan Aragon, oleh jambakan sang lelaki di kepalanya yang sedemikian sakit!

Ketakutan itu justru terdengar seperti nada terindah bagi Aragon. Mafia paling brengsek dan bejat di seluruh Italia, tetapi … juga paling tampan!

Ia yang marah karena mengira Arwen sengaja merencanakan untuk pergi darinya, untuk kabur, kini merasa begitu puas saat mendengar jerit kesakitan sang wanita.

Lorong yang panjangnya sekitar 30 meter itu terasa seperti 30 kilometer oleh Arwen saking sakitnya kepala akibat jambakan kasar Aragon. Sekuat apa pun ia menahan dan meronta, tubuh mungilnya bukanlah tandingan untuk kekuatan lengan kekar sang pria.

Pintu Ruang Bermain dibuka kasar hingga terdengar bunyi benda kayu menggempur dinding. Saking kencangnya sampai kusen bergetar.

“Tuaaan! Hentikan! Hentikaaan! Jangan sakiti saya!” jerit Arwen semakin menggema, menyayat hati siapa saja yang mendengarnya.

Berada di posisi gadis itu, ketakutan yang luar biasa. Aroma ruangan ini sungguh mengerikan! Berbagai alat bergelantungan di atas siap memberikan rasa sakit baginya!

Namun, apakah Aragon peduli?

Tentu saja tidak!

Tujuannya jelas adalah dengan sengaja menyakiti, memberi pelajaran!

BERSAMBUNG
BACA SELENGKAPNYA DI NIH BUAT JAJAN

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang