Ch 35

691 18 0
                                    

Jeritan Arwen melengking kencang ke udara. Hidupnya dalam bahaya seiring tubuh terus bergerak tidak karuan mencari cara untuk bisa segera menuju ke pinggir kolam. Gadis itu … tidak bisa berenang.

Leona tertawa, “Sudah kubilang, aku akan membuatmu menyesal telah bertemu denganku, Pelacur Bangsat!” makinya sambil tertawa di pinggir kolam.

“Tolong! Tuhan, tolooong! Aku tidak bisa berenang! Leona! Keluarkan aku dari kolam renang!” jerit Arwen terus meraung hingga tenggorokannya sakit akibat terus berteriak.

Saking paniknya, ia terus mengepakkan tangan dan kaki di mana itu membuat tubuhnya semakin tenggelam, tertarik ke bawah. Suara air ramai terpecah karena kibasan tangan serta kaki Nona Constantine. Sungguh bunyi yang memilukan, mengerikan!

Apa yang harus dilakukan saat raga molek yang baru saja sembuh dari luka itu kembali mengalami kesialan?

Tawa Leona adalah hal terakhir yang kemudian didengar oleh Arwen karena seperti batu yang tidak bisa mengapung di atas air, ia pun mulai tenggelam hingga kepala tak lagi terlihat di permukaan.

Mata Arwen terpejam bersama sunyi yang mulai menggenangi telinga. Paru-paru dirasa sakit sedikit demi sedikit. Gelembung udara keluar begitu saja dari mulut serta hidungnya. Oksigen telah meninggalkan tubuh secara keseluruhan.

Kata orang, mati tenggelam itu adalah yang paling menyiksa karena bisa merasakan bagaimana paru-paru terbakar akibat kehabisan oksigen.

Arwen sudah pasrah jika ia harus mati di tangan Leona. Dia tidak tahu kalau wanita tersebut mengawasi kemesraannya dengan Aragon selama ini. Tidak tahu kalau ada rencana untuk melenyapkannya.

Di mana Leona sekarang tertawa kejam di atas, di pinggir kolam renang memandangi tubuh Arwen yang kian tenggelam ke dasar. “Ternyata, selama ini kamu tidak pernah masuk kolam renang adalah karena kamu tidak bisa berenang?"

"Berenang saja tidak bisa, lalu kamu ingin menjadi Nyonya Besar Vincenzo, hah! Kamu hanya akan menjadi beban bagi Aragon, tak seperti aku yang cocok menjadi istrinya!” kekeh Leona membanggakan diri sendiri.

“Mati saja sekarang kamu, pelacur sialan!” seringai Leona. Sudah siap membuat alasan bahwa Arwen terpeleset sendiri dan … tenggelam. Di mana ia berusaha menyelematkan, tetapi terlambat.

Rencana yang sempurna!

Sangat sempurna sampai ada suara langkah kaki dari belakang berlari kencang mendatanginya. Menoleh, betapa terkejut saat melihat Aragon datang dengan kaki terayun secepat cheetah berlari dikejar pemburu.

‘Fuck! Bukankah dia harusnya sekarang ada di pertemuan dengan Gemini? Kenapa dia bisa pulang dua jam lebih awal?’ jerit Leona dalam hati.

Aragon tak menoleh padanya sama sekali karena langsung menceburkan diri dalam kolam renang. Masih memakai jas lengkap, lengan kekarnya menyibak air dan menukik ke arah dasar kolam di mana Little Girl tersayangnya sedang terkulai dan kian turun ke dasar.

Di belakang Aragon datanglah Moreen serta Baron. “Ya, Tuhan! Nona Arwen!” jerit sang pelayan ketakutan.

Leona sungguh murka hingga ia mendadak menampar pipi Moreen sangat kencang sampai ada bekas empat jari di pipi pelayan setia tersebut. Bahkan, bibir pun lecet dan nampak setitik merah.

Baron langsung memasang badan di depan kakaknya. “Jangan sentuh kakakku lagi, Nona. Jika saya menjadi Anda, saat ini juga saya akan lari dari rumah. Tuan Aragon tidak akan memaafkan Anda,” desis bodyguard itu melindungi saudaranya.

Saat Leona ingin menembak kepala Baron dengan mengarahkan pistol ke kening pengawal paling setia, munculah Aragon dari dalam air sambil menggendong Arwen di lengannya.

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang