Follow IG: @rein_angg / FB: Rein Angg / FB Group: Rein Angg And Friends / TikTok:@rein_angg47
Satu letusan, dunia Arwen menjadi gelap gulita dan tenang. Raga tak lagi terasa sakit, justru menjadi seringan bulu elang terhempas di tengah cakrawala.
'Terima kasih, Tuhan ....'
Ia berucap dengan keikhlasan dan penuh rasa syukur karena ini adalah kematian yang ia tunggu sejak pertama dilempar ke dalam dunia bawah tanah bersama seorang mafia kejam bernama Aragon Vincenzo.
Tak terdengar apa-apa lagi, tak merasa apa-apa lagi. Hanya ada ketenangan dan bayangan ibunya sedang tersenyum di kejauhan, seperti sedang menanti kedatangannya.
Tubuh molek yang sudah dipenuhi dengan luka terinfeksi bakteri kotor dari penjara terjatuh lunglai ke atas lantai. Mata tertutup, kesadaran telah pergi hingga ia tak tahu apa yang sedang terjadi di sekitar.
Yaitu, Leona menjerit kencang karena telapak tangannya mendadak bolong dan mengucuran darah segar akibat ditembus peluru panas.
Mafia wanita kejam dan gila menoleh ke belakang seiring ada tiga letusan menyusul dari yang pertama, yang mengenai telapak tangannya.
Zoel serta kedua pengawal setia lain perlahan ambruk ke atas lantai dengan kepala tinggal separuh. Darah mengalir bak air mancur dari tiga leher lelaki tersebut.
Tersengal, terengah parah, Leona memandang kelu pada Aragon yang sedang menyeringai bengis, sungguh menakutkan. Di mana seringai berbalur aura kematian tertuju hanya untuknya, bukan untuk orang lain.
Dan yang jelas, bukan untuk Little Girl yang tak sadarkan diri di atas lantai.
"Miss me, Bitch?" desis Aragon terkekeh. Setelah ia menembak telapak tangan Leona, adalah Baron yang melanjutkan dengan menembak ketiga kepala pengawal setia sang adik angkat.
Leona menelan salivanya, sangat berat. Melirik pada pistol miliknya yang tergeletak di atas lantai. Berniat untuk cepat mengambil dengan tangan kiri dan menembak kepalanya sendiri. Lebih baik bunuh diri daripada disiksa oleh Aragon.
Sebenarnya, niat sejak awal memang begini. Membunuh Arwen, kemudian bunuh diri karena tahu tak akan bisa lolos dari kejaran Aragon ke mana pun ia pergi.
Namun, baru saja ia bergerak, sebuah peluru telah kembali menembus tubuh. Kali ini lututnya yang ditembak hingga tersungkur dengan jerit kesakitan. Baron memasuki sel bersama Tuannya, dan ia ambil pistol Leona.
Suara kekeh Aragon terdengar semakin bengis saat raga maskulin dan kekarnya mendatangi Leona. "Kamu pikir bisa semudah itu lepas dariku, hmm?"
Tangan kekar mencengkeram rahang Leona, menghadapkan ke arahnya seraya berdesis, "Aku sudah bersumpah pada Arwen. Jika memang bukan dia yang meracuniku, maka akan kubuat pelakunya menderita seratus kali lipat daripada apa yang dia alami sekarang!"
Satu tembakan lagi dan Leona menjerit kencang. "Aaaakkk!"
Aragon meletuskan peluru dari jarak dekat hingga memecahkan tempurung lutut sang wanita. Kedua kaki diisi dengan timah panas, sementara tangan kanan juga bolong. Berarti total tiga peluru yang bersarang di tubuhnya saat ini.
Sakit, sungguh sakit tertembak dari jarak dekat seperti ini! Ia menggeleng dan merintih kesakitan. Wajah memerah seiring erangan terdengar guna menahan setiap nyeri luar biasa di bagian tubuh yang tertembak.
Namun, Leona pantang menangis atau pun memelas. Ia adalah putri mafia sejati yang tahu seperti ini akhir kisahnya jika dia gagal membuat Aragon percaya adalah Arwen yang memberi racun.
"Aakhh!" Satu jeritan lagi terdengar saat Aragon menjambak rambut cokelat kehitaman Leona. Ia seret tubuh perempuan psikopat keluar dari sel tempat Arwen ditahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mafia Dark Lust
Romance"Naik ke atas meja dan buka kakimu dengan lebar!" Aragon Vincenzo memerintah seorang gadis yang nampak ketakutan. Adalah Arwen Constantine yang sekarang gemetaran menghadapi mafia paling bengis di seluruh dataran Italia. Ia terpaksa dijadikan budak...