Aragon Vincenzo memasuki ruang tamu di sebuah hunian mewah. Itu adalah rumah pribadinya. Terletak di atas perbukitan dengan pemandangan langsung ke tengah kota. Ketika malam tiba, kita bisa melihat gemerlap lampu kota bak kristal Swarovski berkilau.
Tubuh tegap dan tinggi miliknya diabalut jas abu-abu gelap, kian menampakkan kegelapan jiwa mafia paling ditakuti di seluruh benua Eropa. Sorot matanya saja konon bisa membuat lawan kencing di celana.
Seluruh bodyguard menunduk hormat ketika ia melintas. Tidak ada yang berani berkata-kata, apalagi menatap wajah tampan sedingin badai salju di Kutub Utara.
Dua orang pengawal membukakan pintu, barulah kemudian terdengar jeritan parau, penuh ketakutan!
“Tuan Vincenzo! Maafkan kami! Maafkan kami! Ampuni nyawa kami, Tuan!”
Seorang lelaki berusia kisaran paruh baya menyeru dengah moncong pistol ada di belakang kepalanya. Dia tidak sendiri, ada beberapa orang lain yang bersimpuh di atas karpet bersamanya, dengan tangan terikat ke belakang. Di mana masing-masing kepala juga dihunus oleh ujung senjata api.
Di sebelah kanan ada sang istri. Lalu, di sebelah istrinya ada dua orang lelaki dan satu wanita muda. Sementara di sebelah kirinya, hanya ada satu orang gadis berambut pirang gelap. Semua menunduk dengan tubuh gemetar.
Seringai kejam terlukis di wajah dengan rahang tegas Tuan Besar Vincenzo. Ia menatap pada lelaki itu, lalu mengeluarkan sebuah pisau kecil dari saku jas.
Menyentuhkan ujung tajam di pipi sang pria paruh baya, ditekan kian dalam hingga menimbulkan luka sayat di bagian pipi. Jerit kesakitan terdengar seiring mulut pisau masuk sedikit ke dalam pipi.
Namun, Aragon tidak terpengaruh dengan pekik takut, karena ia justru tertawa sadis. Bahkan, kini pisaunya ia tarik perlahan hingga nampak keluar dari pipi tawanannya.
Warna merah pada cairan ujung pisau melekat, dibawa oleh Vincenzo mendekati bibir. Ia julurkan lidah keluar, menjilat darah di senjata tajamnya, lalu berdesis menakutkan.
“Hmm, darah pengkhianat! Aku tidak pernah menolerir sebuah pengkhianatan! Menghilangkan 20 kilogram serbuk putih milikku adalah satu kesalahan yang tak bisa diampuni!” kekehnya, menatap bengis.
“Karena kasihan, aku memutuskan untuk memberi kematian yang cepat! Satu kali tembakan, otak kalian meledak berceceran di lantai!” gelaknya kian menunjukkan sisi kebengisan.
Pria di tengah keluarganya itu bernsma Andre Constantine, pemimpin Klan Contstatntine, sesama mafia di dunia bawah tanah kota Milan. Selama tiga tahun terakhir, dia bertanggung jawab untuk mendistribusikan barang haram milik Aragon Vincenzo ke jalanan kota Milan.
Semua selalu berjalan mulus hingga seminggu lalu ada yang mengacau dan menyebabkan ia kehilangan 20 kilogram barang seharga puluhan juta dollar. Dan kini, ia akan menerima hukuman mati.
Suara Andre terdengar merintih. Ia merasa begitu ketakutan bahwa nasib keluarganya akan berakhir di sini. “Saya mohon, Tuan Aragon! Saya berjanji akan mengganti uang Anda. Berikan saya waktu satu minggu untuk mengumpulkan uangnya!”
Namun, kepala mafia itu justru terbahak mencibir. “Kamu kau cari 80 juta dollar dalam satu minggu? Memangnya bisa kamu dapatkan?”
“Saya pasti bisa, Tuan! Saya pasti mampu mencarinya! Mohon Tuan Aragon berikan kemurahan hati untuk saya mengganti uang dan barang yang hilang.” Andre memelas dengan sangat.
Suara isak mendadak terdengar dari seorang gadis mungil yang ada di sisi kiri Andre. Ia menundukkan kepala, tetap jika yang lainnya merintih dalam diam, dia justru menangis dengan suara.
Aragon menoleh. “Gadis ini, dia putrimu?” tanya sang pemuda sembari menyeringai buas. Lalu, ia mendekati gadis berkulit putih terang.
Andre mengangguk, “Ya, putri saya, Tuan!”
Ikut bersimpuh, telunjuknya menyentuh dagu lembut. “Angkat kepalamu, Little Girl! Biarkan aku melihat wajahmu!”
Dengan dada kembang kempis, gadis berusia 19 tahun tersebut mendongakkan wajah sedikit demi sedikit. Mata bundar indah menatap dengan gurat ketakutan sangat.
Aragon terkekeh, “Aku mau gadis ini! Aku tidak peduli dia sudah menikah atau belum! Berikan dia kepadaku dan akan kucabut hukuman mati keluargamu!”
Andre mendelik tak percaya, “Tu-Tuan serius?” engahnya.
Lirikan tajam meluncur dari mata Aragon. “Aku bukan orang yang suka bergurau! Dan aku bukan orang yang suka mengulang perkataanku!”
“Pilihannya adalah, satu, persiapkan anakmu untuk diantar kembali ke rumah dengan barang-barang pribadinya. Biarkan aku memiliki dia sesuka hatiku.”
“Atau dua, aku beri waktu lima hari untuk mengumpulkan 80 juta dollar! Jika kamu gagal, aku akan memenggal kepala anak lelakimu di depan mata ibunya!”
Suara terkekeh menyeramkan kembali terdengar. “Jadi, tentukan pilihanmu, sekarang juga!”
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mafia Dark Lust
Romance"Naik ke atas meja dan buka kakimu dengan lebar!" Aragon Vincenzo memerintah seorang gadis yang nampak ketakutan. Adalah Arwen Constantine yang sekarang gemetaran menghadapi mafia paling bengis di seluruh dataran Italia. Ia terpaksa dijadikan budak...