Ch 26

325 12 0
                                    

Jika Aragon mencekik, maka dia akan mencekik dengan sangat keras. Lawannya tidak bisa berkutik, baik lelaki apalagi perempuan. Leona mendelik dengan mata memerah dan berair.

“Kamu selalu mencampuri urusanku, Leona! Sampai kapan kamu akan sadar kalau aku membenci hal itu, hah!” desis Tuan Besar Vincenzo semakin mereapatkan jari-jari.

Leona benar-benar tak bisa bernapas. Matanya memerah semakin parah, tangan meronta-ronta, hingga akhirnya melemas.

Ciri khas Aragon, di saat lawan melemah maka dia akan melepas cekikan jika memang tidak berniat membunuh. Hanya sekadar … memberi pelajaran.

Tubuh Leona langsung jatuh ke atas lantai dan terbatuk. Pakaian yang seksi itu memperlihatkan sembulan dada saat ia merangkak mencari udara segar untuk mengisi paru-paru. Barusan, ia nyaris kehabisan oksigen.

“Aduuh!” jerit Leona saat tiba-tiba rambutnya dijambak ke belakang hingga kepala terdongak.

“Bagaimana kalau aku membawamu ke Kamar Bermain dan menyiksamu di sana? Mencambuki tubuhmu hingga berdarah, hingga daging di punggungmu sobek terkelupas? Apakah itu akan membuatmu tutup mulut, hmm?” desis Aragon menyeringai buas.

Ia terkekeh mengejek, “Atau itu jutsru akan membuatmu semakin mencintaiku?”

“M-maaf … maafkan aku!” rintih Leona menangis kesakitan sambil memegangi kepala. “Aku hanya tidak ingin kamu tunduk kepada Arwen! Dia adalah anak dari orang yang telah membuat kerugian padamu. Aku hanya takut kamu dibuat celaka olehnya!”

Wanita itu terisak, memandang dengan tatap memelas pada lelaki yang sudah bersumpah untuk melindunginya sekian tahun lalu, saat ayahnya wafat. “Aku hanya ingin yang terbaik bagimu, Aragon.”

Aragon mendengkus kasar, lalu melepaskan jambakan kasarnya di kepala Leona. “Pergi dari kamarku. Kuingatkan, aku memang berjanji untuk melindungi dan merawatmu. Tapi, kamu tahu aku juga bukan tipe orang yang sabar terhadap segala sesuatu, termasuk rengekanmu!”

Sang wanita mengangguk, lalu cepat berdiri dan merapikan pakaiannya. Hati Leona sungguh sakit dengan segala kekerasan yang sering dilakukan Aragon padanya demi membela satu nama, yaitu Arwen Constantine.

Kebencian semakin menguar di jiwa yang hitam milik Leona. Wajah Arwen melintas, dan dia bersumpah dalam hati, ‘Aku akan membuatmu menyesal karena telah hadir dalam duniaku dan Aragon, fucking bitch!’

***

Kunjungan bisnis telah selesai. Menaiki pesawat jet pribadi, Aragon kembali ke Milan bersama rombongannya, termasuk Leona. Sepanjang perjalanan, tidak banyak yang dibicarakan oleh bos mafia tersebut.

Mata terus memandangi jendela pesawat yang gelap karena ini sudah jam sebelas malam Otaknya sedang dipenuhi satu hal, dan satu hal itu saja.

‘Kenapa aku terus melihat wajahnya di kepalaku? Shit! Dia seperti mengguna-guna aku agar tidak bisa berhenti memikirkannya!’ keluh Aragon dalam hati.

Ia resah sendiri, merasa tolol sendiri, dan benci kepada dirinya sendiri. Tak mengerti apa yang sedang menghajar dirinya, segala keresahan ini, sungguh … siksaan.

‘Aku terus membayangkan bercinta dengannya sejak kemarin malam! Aku ingin meminta $ex video call lagi, tapi aku terlalu malu! Nanti dia berpikir apa tentangku? Nanti dia mengira aku membutuhkannya?’

‘Shit! Memangnya dia siapa hingga harus aku butuhkan? Tapi … ah, fucking fuck! Kenapa aku terus membayangkan sedang bercinta dengannya? Kenapa aku terus ingin menyentuhnya?'

BERSAMBUNG
BACA SELENGKAPNYA DI NIH BUAT JAJAN

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang