Ch 30

1.4K 27 0
                                    

Seperti yang dijanjikan, Aragon mengajak Arwen berjalan-jalan ke mall di tengah kota Milan. Lebih tepatnya berbelanja di Via Montenapoleone. Ini adalah shopping street yang hanya menjual produk high end dari desainer level dunia.

“Selamat siang, Tuan Besar Vincenzo. Mari, silakan masuk,” ucap seorang manajer bertugas dari House of Prada. Tidak hanya dia, semua toko yang dimasuki Aragon dan Arwen selalu memberikan pelayanan yang sama, mewah dan memuaskan!

“Beli apa yang kamu mau, aku tunggu di sofa seperti tadi,” ucap Aragon.

Arwen mengangguk dan terkikik bahagia. Ia tidak sendiri, Moreen diajak olehnya. Pelayan yang merupakan sahabat baiknya sejak memasuki rumah Aragon tersebut begitu disayang oleh Nona Constantine.

Duduk berdampingan dengan Baron, mafia itu mulai mengobrol. “Ada perkembangan mengenai penyelidikanmu?”

“Mengenai cairan kimia di salep Nona Arwen atau mengenai ayahnya?” balas Baron juga bertanya.

“Semua,” tandas Aragon singkat, tegas.

Baron mengangguk, “Mengenai cairan di salep Nona Arwen, saya sudah menyelidiki semakin jauh. Dari lima toko besar yang menjual, dua sudah mengirim data penjualan. Tiga lainnya masih meminta waktu.”

“Tiga lainnya itu apa sengaja mengulur waktu atau bagaimana? Apa perlu aku datangi pemiliknya dan memperkenalkan siapa Aragon Vincenzo?” desis mafia tampan, jengkel karena ada yang tidak segera memberikan data.

“Saya sudah mengatakan kalau ini adalah permintaan Anda. Saya juga sudah langsung bertemu dengan pemilik toko. Mereka mengatakan tiap bulan ada ribuan pembelian. Mereka harus mencari dan itu butuh waktu,” tandas Baron.

“Tuan, apakah ini cantik?” Mendadak Arwen hadir di depan Aragon sambil memperlihatkan gaun berwarna ungu tua dengan model one shoulder. Panjang gaun itu sekitar 10 sentimeter di atas lutut, memperlihatkan paha mulusnya.

Mata Aragon bergerak dari atas sampai bawah, lalu ke atas lagi. Saat memandangi wajah gadis mungilnya, ia tersenyum sendiri. Tak bisa ditahan, muncul begitu saja.

Batin lalu berkata, ‘Kamu cantik menggunakan apa pun. Dari tadi kamu selalu terlihat cantik.’

“Tuan suka?” ulang Arwen bertanya dengan mata berbinar.

“Ada yang warna hitam juga, Tuan,” ucap Moreen, berdiri di samping Nona Constantine dan memperlihatkan gaun serupa, tetapi beda warna.

Aragon mengangguk, tentu saja dia tidak mau mengeluarkan pujian apa pun. “Kalau menurutmu itu bagus, ambil saja.” Lalu, ia terkekeh dan berkata pelan, “Kamu tahu aku paling suka melihatmu tanpa pakaian.”

Mimik wajah Arwen menunjukkan kesal bercampur gemas. Ia tidak marah mendengarnya. Dari bagaimana Aragon menatap tak berkedip, tahu kalau lelaki itu menyukainya. Ia menoleh pada pramuniaga, “Aku ambil yang ungu ini.”

Lalu, kembali hanya tinggal Aragon dan Baron di sofa. Mafia kejam lanjut berbicara, “Bagaimana dengan ayahnya? Apa kamu sudah menemukan sesuatu?”

Baron mengangguk, “Baru tadi pagi ada informasi masuk yang mengatakan kalau sebenarnya ayah Nona Arwen sudah lama menjalin hubungan rahasia dengan yang sekarang menjadi istrinya tersebut.”

“The fuck?” Kening Aragon mengerut. “Jadi, wanita yang dia nikahi sekarang adalah selingkuhannya?”

“Menurut informasi begitu, Tuan. Mereka sering bertemu di hotel dan itu sudah sejak sangat lama.”

Aragon tertawa sendiri dengan sinis, “Pantas saja Arwen disisihkan. Aku yakin kakak-kakaknya itu sebenarnya adalah anak kandung Andre Constantine dengan istri barunya.”

“Aku minta kamu menyelidiki lebih lanjut. Kalau memang ada hak Arwen yang diambil oleh Andre Constantine serta istri dan anak-anak haramnya itu, mereka akan mendapat balasannya!”

Baron kembali mengangguk, “Siap, Tuan. Dan untuk masalah 20kg yang hilang, sepertinya sudah mulai ada titik temu.”

“Oh, ya?”

“Ada laporan kalau sebuah geng di Sisilia menjual bubuk yang serupa dengan milik kita. Hanya saja, mereka mengganti namanya. Tapi, penyalur sudah hafal kalau itu adalah milik kita karena rasanya yang berbeda.”

Aragon menyeringai, “Fucking Sisilian people! Apa mereka kira aku takut? Nenek moyangku juga berasal dari Sisilia, fucking stupid! Kirim anak buah ke sana! Selidiki sampai tuntas!”

Mata Aragon mengikuti pergerakan tubuh molek Arwen yang berjalan ke sana kemari memilih tas serta sepatu. Gadis itu memakai rok mini dengan baju ketat. Rambut cokelatnya dibiarkan terurai indah.

Dan satu hal, kalian masih ingat bahwa Aragon tidak mengijinkan Arwen memakai celana dalam, bukan? Yups! Kali ini sang gadis pun tidak menggunakannya.

Imajinasi Aragon sudah berjalan entah ke mana saja. Ia bahkan membayangkan gadis itu berjalan memilih segala macam tanpa mengenakan busana apa pun dengan sebuah vibr4t0r dalam kewanitaannya.

Pikiran yang gila! Akan tetapi, itulah Aragon dengan segala hasrat gelapnya.

Baron mengangguk, lalu tersenyum simpul. “Siap, Tuan. Saya akan segera menyuruh anak buah ke Sisilia untuk menyelidiki.”

Senyumannya dilihat oleh Aragon. “Ada apa kamu senyum-senyum begitu, hah?”

“Tidak ada apa-apa, Tuan.”

“Kamu mulai berani berbohong?” desis Tuan Besar Vincenzo menatap garang.

Baron menarik napas panjang, “Maaf, Tuan. Hanya saja, saya baru kali ini melihat Tuan Aragon bertindak seperti terhadap Nona Arwen.”

“The fuck you mean?” Sedikit menghentak, tak paham maksud Baron.

“Biasanya Tuan tidak pernah mengantar siapa pun berbelanja seperti ini. Nona Arwen juga sudah bersama kita selama tiga bulan lebih. Tidak ada yang pernah tinggal di rumah Tuan selama ini,” jelas Baron.

“Maksudmu apa? Jangan berbelit!” hentak Aragon pelan, tetapi kasar.

Bodyguard itu kembali tersenyum, “Saya juga melihat Tuan sekarang tiap malam bersamanya. Padahal, selama ini Tuan tidak pernah seperti itu terhadap perempuan lain. Tidak ada wanita mana pun tidur di ranjang Tuan selama Nona Arwen.”

“So fucking what? Jelaskan yang benar atau kuledakkan kepalamu, Baron!”

“Maaf jika saya lancang. Tapi, saya mulai berpikir Tuan jatuh cinta dengan beliau?” Baron menanyakan ini dengan senyum terkulum sekali lagi.

Aragon terbelalak! Wajahnya sontak merah padam! Antara malu, marah, mengakui, tetapi juga terlalu gengsi untuk mengiyakan.

Maka, ia tetap menyangkalnya. “Dengarkan aku, you fucking shit! Aku mengurung Arwen di rumah karena dialah sanderaku! Tidak ada yang lebih dari itu!”

“Siap, Tuan,” angguk Baron mengiyakan saja.

BERSAMBUNG
BACA SELENGKAPNYA DI NIH BUAT JAJAN

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang