Ch 29

353 14 0
                                    

Setiap malam Aragon memanggil Arwen untuk datang ke kamarnya dengan memakai lingerie. Setiap malam itu pula ia meniduri sang gadis dengan segala macam hasrat liar dan gelapnya.

Tidak hanya es batu atau lilin merah, mafia bejat itu kadang mengolesi area sensitif Arwen dengan makanan dan menjilatinya. Ia menikmati bagaimana rasa buah strawberry yang baru saja dicelupkan ke kewanitaan Nona Constantine.

Sementara Arwen, selama tidak ada cambuk, jambakan, atau siksaan lain yang melukai tubuhnya, maka ia bisa menerima apa pun perlakuan Aragon kepadanya.

Bahkan, ketika lelaki itu menyemburkan cairan putih kental di wajahnya pun ia terima dengan pasrah tanpa ada perlawanan apa pun.

Setelah puas bercinta, Aragon akan memeluk Arwen hingga pagi. Setiap sang wanita bergerak, matanya akan terbuka. Hanya untuk memastikan dirinya tidak ditinggal sendiri di ranjang.

Hari demi hari berganti minggu dan nyaris satu bulan hal ini terus berlangsung. Lucunya, Aragon tidak pernah meminta Arwen untuk tinggal satu kamar dengannya. Ia hanya mewajibkan setiap malam saat ia sudah sampai rumah, perempuan cantik berambut cokelat panjang tersebut harus datang ke kamarnya memakai lingerie.

Pagi ini, seperti biasa Arwen akan bangun lebih dulu dan membuatkan sang mafia sarapan.

“Mau ke mana?” Mendadak tangannya ditarik oleh Aragon.

“Membuatkan Tuan sarapan,” senyum Little Girl.

Ketika Aragon mengendurkan cengkeramannya, jemari mereka bertautan. Dan saat jari lentik Arwen nyaris meninggalkan telapak tangan, lelaki itu kembali merengkuh, menautkan sekali lagi jari-jari mereka.

“Untuk kali ini biarkan pelayan yang membuatkan sarapan. Temani aku tidur sebentar lagi,” ucap Aragon tersenyum dingin dan datar.

Mengangguk, Arwen kembali menaikkan kakinya ke atas ranjang. Ia sedang memakai kaos Aragon yang nampak kedodoran di tubuhnya. Di balik kaos itu tidak ada pakaian dalam apa pun.

“Sini,” desis sang lelaki menarik tubuh molek, kembali mendekapnya erat. Lengan kekar Aragon yang berotot melintang di dada sang gadis.

Arwen membelai lengan itu. Aragon suka tidur tanpa atasan, membuat kulit lengannya bisa langsung disentuh oleh jari lembutnya. “Tuan ….”

“Hmm?”

“Apakah Tuan ingin terus mengurung saya di rumah?” tanya Arwen, memberanikan diri.

Aragon menghela, “Selama aku belum tahu dengan pasti ke mana 20 kilogram barang daganganku yang dihilangkan ayahmu, maka aku tidak akan pernah melepaskanmu. Sampai semua jelas, kamu adalah sanderaku.”

Ia menggigit pelan telinga Arwen, lalu terkekeh, “Dan kamu juga akan terus menjadi budak seks-ku!”

Nona Constantine terdiam, manggut-manggut, dan tidak bertanya apa-apa lagi. Hanya menghela panjang, berat, terdengar pasrah.

Lirikan Aragon nampak penasaran. “Kenapa? Kamu ingin pergi dari sini?” tanya lelaki itu, sembari meremat pundak Arwen. “Sudah kubilang, kalau kamu mencoba kabur, kamu akan mati!”

Arwen menggeleng, “Saya tidak ingin kabur. Hanya saja …. Sudahlah, lupakan saja.” Lalu, ia membalikkan badan, memunggungi sang mafia.

Karena Arwen berhenti berbicara dan tak kunjung melanjutkan, Aragon pun bertanya. “Hanya saja apa?”

Lengan berototnya yang teramat gagah dan kokoh menarik raga molek ke arahnya hingga kini mereka berhadapan. “Apa? Hanya saja apa?”

“Saya bosan, Tuan. Sudah tiga bulan ini saya di rumah terus. Tuan tidak mengijinkan saya memiliki ponsel. Saya tidak bisa berhubungan dengan siapa pun selain pelayan dan para bodyguard,” dengkus Nona Constantine.

Ia menatap Aragon takut-takut. “Saya bosan di rumah terus. Semua film di TV channel sudah saya tonton. Semua film dari Tuan di flashdisc itu juga sudah saya tonton. Terkadang, saya bingung harus berbuat apa lagi.”

“Apa maumu?” desis Aragon memandang datar.

BERSAMBUNG
BACA SELENGKAPNYA DI NIH BUAT JAJAN

The Mafia Dark LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang