Aragon membuka mata di pagi hari dan mendapati sisi ranjang di sebelahnya kosong. Arwen tidak ada di sana. Baru saja dia hendak turun ranjang, pintu dibuka dan datanglah Little Girl membawa baki berisi sarapan.
Bukannya senang sang wanita membawakan sarapan dan memperlakukan dirinya seperti seorang raja, mafia tampan nan bengis justru curiga satu hal.
“Apa kamu menaruh racun di sana? Kamu mau membunuhku, ‘kan?”
Arwen tertegun, sontak jantung berdegup ratusan kali lipat lebih kencang. Bagaimana mungkin justru terjadi seperti ini? Niatnya menyenangkan justru berbalik menjadi sebuah tuduhan mematikan?
“You fucking shit! Kamu mencoba membunuhku?” Aragon beringsut turun dari ranjang, meringsek ke arah Arwen.
Meski tubuhnya masih telanjanh bulat dengan kejantanan menggantung di antara dua kaki, ia tidak peduli!
Tangan kekar dan besar tiba-tiba sudah mencekik leher Arwen hingga baki yang dibawa sang wanita menjadi bergetar.
“Kkkhhh … kkhhh …!” engah Arwen mendelik karena dicekik.
Aragon terkekeh melihat tahanannya tak berdaya. Ia berdesis. “Hanya ada satu cara untuk membuktikan kamu meracuniku atau tidak!”
Ia melepas cekikan, lalu duduk di pinggir ranjang, masih telanjang bulat!
“Makan semua yang kamu bawa! Kalau memang ada racunnya, kamu akan mati!” tantang Tuan Besar Vincenzo.
Arwen terengah, tersengal karena bisa kembali menghirup udara bebas. Lehernya sakit, tentu saja. Kapan Aragon tak membuat fisiknya?
Akan tetapi, hatinya juga sakit! Niat baiknya justru disalahartikan, dicurigai, berakhir dengan dicekik.
Ia mengangguk, meletakkan nampan di atas kasur. Mata tertunduk, tak berani mengadunya dengan sorot tajam Aragon yang memandang dengan tatap mematikan.
Tangannya bergetar ketakutan saat menyendok sedikit demi sedikit makanan yang telah dibuat oleh tangannya sendiri. Namun, apa pun yang terjadi, ia harus membuktikan kalau makanan ini tidak beracun.
Satu per satu ia sendok dan makan sendiri, walau menahan isak dan takut.
“Kamu sungguh tidak menaruh racun di sana untuk membunuhku?” desis Aragon setelah seperempat bagian dari masing-masing piring dimakan oleh Arwen.
Gadis jelita menggeleng, tetapi tak bersuara. Kepala terus menunduk saking takutnya salah berkata-kata.
“Kenapa membuatkan aku sarapan? Apa maksudmu? Tujuan apa yang kamu punya!” Mafia setengah gila itu berdesis sekali lagi, masih curiga.
Karena Arwen masih diam, Aragon membentak sambil menggebrak kasur. “Kenapa membisu? Jawab aku, Bitch!”
“Karena saya ingin menyenangkan Tuan!” pekik Arwen. Saking terkejutnya dibentak dan digebrak sampai ia hampir melompat dari atas ranjang.
Kening Aragon mengernyit. “Menyenangkan? Menyenangkan apa? You fucking crazy, Bitch?”
Arwen terengah, “Saya ingin Tuan Aragon senang dengan saya, supaya saya tidak disiksa lagi di Kamar Bermain seperti kemarin,” akunya jujur, menyedihkan. Secara tidak langsung mengatakan betapa tidak berdayanya ia di hadapan sang Tuan Besar.
BERSAMBUNG
BACA SELENGKAPNYA DI NIH BUAT JAJAN
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mafia Dark Lust
Romance"Naik ke atas meja dan buka kakimu dengan lebar!" Aragon Vincenzo memerintah seorang gadis yang nampak ketakutan. Adalah Arwen Constantine yang sekarang gemetaran menghadapi mafia paling bengis di seluruh dataran Italia. Ia terpaksa dijadikan budak...