28. Iruka's Emotions

506 61 14
                                    

Ps....
Ini hanya karangan semata, alur dari anime asli nya hanya secuil...
Characters yang ada itu milik Mr. Masashi Kishimoto.
Dibuat untuk mengisi kegabutan, apalagi terlalu banyak membaca fanfic Naruto Sasuke..

So, let's reading...

#…………….#

Suara ketukan terdengar mengudara. Yah, Itu Naruto. Dia mengetuk pintu rumah bercat kecoklatan dengan halaman sederhana yang memang dia tuju sambil harap-harap cemas.

Apa lelaki yang dia cari ada di rumahnya atau justru sedang pergi keluar??

Dia bahkan lupa untuk menggali tanda chakra disana agar tau orang yang dia cari ada atau tidak.

"Naruto??" panggil seseorang yang kini berada di hadapannya, pintu telah terbuka, "kemana saja kau?! Kami semua mencari mu kau tau?! Eh tiba-tiba ditemukan di Kumo. Kau sebe--"

Sebelum ucapan itu selesai Naruto lebih dulu menghambur, memeluk lelaki dengan garis panjang melintang di hidung tersebut dengan erat. Tempat nyaman yang sejak kecil menemani nya dalam setiap kesulitan. Wajahnya tersembunyi di bahu si pemilik rambut gelap.

"Sensei, aku membutuhkanmu," ucap si pirang, suaranya teredam.

Punggung Naruto ditepuk, helaan nafas juga terdengar, Iruka tersenyum teduh, "kemari lah, bocah konyol ku yang kekonyolan nya hilang entah ke mana. Seperti kata ku dulu, kau bisa datang padaku kapan saja."

Naruto ikut tersenyum tipis karena ucapan sensei kesayangannya.

Mereka berdua lantas masuk ke dalam rumah Iruka, pintu ditutup dengan sebuah tendangan kaki oleh si pemilik rumah. Dia menarik Naruto ke sebuah sofa yang memang berada di ruang tengah rumahnya.

"Sudah makan, Na??"

Iruka bertanya setelah keduanya duduk di sofa panjang, Naruto memilih berbaring, menjadikan bantal Iruka Sensei yang menjadi anggota keluarga tersayangnya sebagai bantal, tempat ternyaman dari seseorang yang telah menjadi ayah baginya.

"Na??"

"Nanti saja," jawab Naruto hanya dengan dua kata.

"Sebenarnya ada apa, Na??" tanya Iruka lagi sambil menyusuri helaian jabrik si pirang dengan jari.

Ada tiga orang yang memanggilnya dengan nama panggilan sama, dua huruf pertama dari namanya. Ketiga orang itu ada Neji, Iruka dan Kushina.

"Tou-chan," bisik Naruto, sebutan yang akan Naruto ucapkan jika dia serius atau butuh saran, "aku brengsek."

"Kenapa? Karena masih mencintainya meski telah menikah?"

Tidak ada yang diberitahu secara langsung hubungan antara Naruto dan Neji, bahkan walaupun itu Tsunade dan Kakashi. Tapi Iruka adalah pengecualian. Bahkan sebelum dia dan Neji berpacaran, Iruka adalah tempat curhat Naruto akan semua keluh kesah nya. Membuat kekasih pertamanya juga ikut dekat dengan sang guru akademi berpangkat chunnin.

Karena itulah, kini dia kembali menceritakan apa yang terjadi, meminta saran, yang sepertinya tak akan bisa dia temukan sendiri.

Iruka mendengarkan dengan seksama, hingga sampai pada akhir kalimat, wajah coklat nya segera saja menggelap.

"Uzumaki Naruto kau sadar apa yang menjadi kesalahanmu?!" tanya Iruka tajam, matanya menatap bocah pirang itu dengan penuh emosi, bagaimana bisa hal seperti itu yang terjadi?!

"A--aku, menjamahnya secara paksa, membuatnya takut padaku."

"Ya! Itu juga termasuk kesalahanmu! Tapi apa kau sadar apa yang lebih salah?! Kau menyentuhnya karena mabuk, Na! Dan aku yakin, kau pasti akan menyebut nama Neji saat itu. Kau sadar tidak? Bukan hanya fisik, tapi hatinya juga yang kau lukai. Lalu setelah hal itu terjadi, kau mau meninggalkannya?!"

Naruto terdiam. Dia tidak mau meninggalkan Sasuke, hanya saja dia juga tidak mau lelaki bersurai gagak itu terus menatapnya takut. Jadi, cara yang lebih baik adalah dengan--

"Kau kira suamimu itu barang sekali pakai yang bisa kau buang setelah digunakan?! Kau sebenarnya bodoh atau tolol, hah?!"

"A--ku tidak menganggap nya begitu, Tou-chan," Naruto meringis saat rambut pirangnya dijambak oleh Iruka menggunakan emosi yang mendalam.

"Lalu apa maksud ucapan mu itu?! Mau jadi bajingan kecil tak bertanggung jawab dan membuat semua orang kecewa?!"

"Ta--tapi,"

"Kau sudah memutuskan untuk hal ini, Na! Kau sendiri yang memutuskan untuk menikah dengan Sasuke. Tugasmu adalah menjaga nya. Tak peduli seberapa besar kau masih mencintai Neji."

"Kejadian malam itu sudah terlanjur terjadi. Kau tidak akan bisa menariknya lagi. Oke, itu mungkin sebuah kesalahan mu yang tak disengaja karena kau mabuk. Kau salah, tapi kau juga tidak berniat seperti itu. Tetap saja, dia sudah mendapatkan trauma dari perlakuan mu."

"Karena itu, aku ingin --" Naruto hendak menyela, tapi--

"Diam dan dengarkan saja aku!!" Iruka memotong ucapan Naruto dengan keras, dia memelintir telinga Naruto sekuat yang dia bisa.

"Ha--ha'ik!" seru Naruto gagap.

"Tou-chan, kupingku lepas," Naruto menyela lagi, wajahnya meringis.

"Bodoamat!"

"Dia sudah trauma dan kau mau meninggalkannya?! Harusnya kau itu berjuang agar rasa takutnya padamu hilang, Na! Bukan lari seperti pengecut berotak keledai!"

"Kau kira pikiranmu yang mau meninggalkannya dengan alasan dia akan lebih bahagia itu logis?! Dia sedang terpuruk karena dirimu, dan kau mau lepas tangan?!"

"Sejak kapan kau ku ajarkan menjadi sosok tak bertanggung jawab, Naruto?!"

Naruto keluar dari rumah Iruka tiga puluh menit kemudian, setelah Iruka puas menghajar bocah kuning itu hingga babak belur, belum lagi jambakan kencang juga Naruto terima. Naruto hanya pasrah menerima semua pukulan dan umpatan Iruka. Toh, dia memang salah.

Tapi ucapan Iruka juga membuka pemikirannya yang tadi tertutup.

Ya, dia memang telah menyakiti Sasuke, tapi dia tidak boleh meninggalkan suami kecilnya. Justru dia harus mengubah semuanya tanpa menyerah.

Jadilah dia terburu-buru kembali pulang, tak peduli pada rambutnya yang berbentuk bagai sarang burung hancur karena ulah Iruka, pun wajah yang penuh memar biru.

#.........#

Mampus Lo Nar, digebuk kan 😝😝

Vote and comment please 💗

Please, Stay With Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang