Ps....
Ini hanya karangan semata, alur dari anime asli nya hanya secuil...
Characters yang ada itu milik Mr. Masashi Kishimoto.
Dibuat untuk mengisi kegabutan, apalagi terlalu banyak membaca fanfic Naruto Sasuke..
Note: cerita ini mengandung kisah Shinobi and Omegavers
So, let's reading...#…………….#
Sasuke berbaring di atas tempat tidur.
Sendiri, sepi.
Tubuhnya terasa lemas luar biasa, tenggorokannya terasa di bakar. Dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada anggota tubuhnya, yang bisa dipastikan rusak. Yang pasti diketahuinya adalah, ini akibat dari perbuatan salah seorang dewan desa. Karena dia pernah mendengar kedatangan pria itu di malam hari saat pura-pura tertidur. Dewan tersebut akan datang setiap dua malam sekali, di waktu sipir penjara tidak menjaga karena istirahat, lalu menyuntik lengannya dengan cairan yang Sasuke sendiri tidak tau entah apa. Tapi sepertinya itu racun. Karena di awal-awal hal tersebut terjadi, dia tidak mengalami reaksi apapun, sebab memang tubuh nya kebal dari racun berkat eksperimen Orochimaru. Tapi lama kelamaan, kekebalan tubuhnya mulai rusak. Hingga jadilah seperti ini yang terjadi.
Tentu saja dia tidak bisa melawan, bagaimana mau melawan kalau dia bahkan tidak bisa bergerak bebas, chakra nya disegel, mata nya ditutup, lengan dan kaki nya diikat, dan dia hanya bisa diam tanpa berbuat apapun.
Seharusnya dia mati saja setelah pertempuran terakhir yang terjadi antara dia dengan Naruto. Seharusnya Sakura membiarkan dia mati kehabisan darah, tidak perlu menolongnya. Karena dengan dia tetap hidup, lagi-lagi dia harus merepotkan si lelaki pirang.
Tatapannya mengarah ke atas langit-langit kamar, tanpa sengaja dia melihat dua ekor cicak yang sedang bercocok tanam. Dia menghela nafas, pikirannya terbang ke masa yang akan datang.
Apa selanjutnya??
Sasuke jelas tau, kalau hal yang terjadi tadi siang, pernikahan paksa ini, jelas membebani Naruto. Pemuda itu benar-benar terpaksa menikah dengannya hanya demi menyelamatkan nyawanya.
Sasuke memang memiliki sebuah rasa yang lain pada si pemuda pirang. Tentu saja, bagaimanapun juga pemuda itu lah yang sejak awal selalu mengejarnya. Tidak mungkin perasaan bersaing nya tetap bertahan selama itu, tanpa berubah menjadi satu rasa yang spesial.
Setiap kali Naruto mengejar dirinya saat di pelarian, Sasuke seringkali bertanya, kenapa Naruto mengejar nya mati-matian tanpa henti?? Apa alasan nya?? Kenapa lelaki pirang itu tidak juga berhenti mencari nya?? Dan kenapa putra Yondaime itu mau repot-repot mendedikasikan waktu nya untuk mengejar pengkhianat seperti nya??
'Karena kau adalah temanku'.
Jawaban dari Naruto itu selalu menghadirkan setitik nyeri di hatinya.
Yah, aku hanya teman. Jangan berharap banyak, Sasuke. Itu yang selalu dia sebutkan dalam hati saat rasa nyeri itu menyapa.
Sejujurnya sejak kematian Itachi dan pengetahuan nya tentang apa yang terjadi dalam klan nya, Sasuke sudah tidak peduli bagaimana hidupnya berjalan kemudian, dia telah terlalu terbiasa dengan rasa sakit.
Ya, rasa sakit adalah bagian dari kehidupan nya. Hingga rasanya dia sudah kebal dengan yang namanya ringisan ataupun rengekan karena kesakitan.
Saat sedang sibuk merenung menatap ke atas tanpa beralih sedikit pun, napasnya tiba-tiba terasa menipis, sesak di dada yang kerap kali mendera, kembali hadir tiba-tiba. Sesak yang setiap kali dia alami, membuat rasa rindunya pada pemuda pirang itu selalu membuncah. Sesak yang selalu dialami kala sendirian. Sesak yang seolah mengejek nya, karena bahkan seseorang yang selalu mengejar nya itu juga tak pernah lagi ia temui.
Ya, rasa sesak di dada akibat dari cairan yang entah apa itu.
"Ha--aah, Naruto.." gumamnya terbata, tanpa suara.
Lengannya yang masih terasa lemas, dipaksakan bergerak ke arah dada, mencengkeram dadanya erat dengan harapan rasa sesak yang menyiksa itu segera hilang. Punggung yang sebelumnya berbaring rapi kini berubah posisi, meringkuk rapat dengan kaki tertekuk. Napasnya semakin terengah-engah, gerak badannya sedikit tak terkendali disebabkan dia yang berusaha mengambil udara sebisa mungkin.
Posisi Sasuke yang memang dekat dengan sisi tempat tidur, membuat lelaki berambut mencuat itu akhirnya jatuh dari ranjang. Jatuh menggedebuk dengan posisi dada menghantam lantai lebih dulu.
Tangannya semakin erat mencengkeram dada, sesak yang seringkali dia alami dalam penjara ini sungguh menyakitkan, membuat dia tidak bisa berpikir apapun selain bagaimana caranya agar bisa kembali mendapat napas normal nya.
Suara gedebuk yang terdengar cukup keras itu membuat Naruto yang memang belum tidur di kamar sebelah, segera bangkit berdiri. Dia heran, apa yang dilakukan Sasuke sampai terdengar bunyi gedebuk cukup kencang.
Kamar bercat putih biru itu gelap, hanya lampu kecil di meja yang menyala, memberi setitik cahaya. Gorden kamar tersebut tertutup rapat, lebih tepatnya tertutup tanpa pernah terbuka sejak dia pulang dari medan perang.
Lelaki bermarga Uzumaki itu sejak tadi tidak bisa tidur. Bukan hanya karena di rumah nya ada seseorang selain dia yang bukan sang kekasih, tapi juga seringkali saat dia mulai menjelajah ke dunia mimpi, semua kenangan tentang bagaimana Neji pergi dari hidup nya selalu terulang di benak. Membuat nya sering bermimpi buruk. Dan sejak tadi, dia sedang memandangi foto-foto kebersamaan dia dan Neji yang ada di genggaman.
Naruto diam sebentar, menggelengkan kepala agar bayang sang kekasih hilang, tangannya bergerak menyimpan foto kenangan indah itu ke dalam sebuah kotak kecil, lalu disimpan di dalam laci meja yang ada di samping ranjang.
'Neji, kau tau, aku rindu.' batin nya sebelum benar-benar melangkahkan kakinya untuk pergi ke kamar sebelah.
"Sebenarnya apa yang dilakukan Sasuke? Bukankah harus nya dia tidur? Atau dia sedang mengigau?" gumamnya bingung.
#......#
Vote and comment please 💗
![](https://img.wattpad.com/cover/379631919-288-k368282.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Stay With Me
FanfictionSelepas perang dunia Shinobi yang keempat selesai, Naruto kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Hyuuga Neji. Tidak ada yang mengetahui, kalau sebenarnya dia dan Neji memiliki sebuah hubungan yang lebih tinggi dari sekadar teman belaka...