My Fault_23

150 5 0
                                        

Seminggu sudah berlalu Jennie masih terkurung dikamar, tidak ada yang bisa ia lakukan selain merenung dan meratapi nasibnya yang seakan napi terkurung didalam penjara.

Ia sama sekali tidak bisa melihat keluar dan tidak tau apa yang terjadi diluar sana.

Terkurung di kamar yang berukuran 2x2 meter yang hanya ia lakukan menatap langit-langit dan Diding kamar yang polos.

Kamarnya masih berantakan, tidak ada minat sama sekali untuk membersihkannya. Buat apa di bersihkan tidak ada yang melihat dirinya dan dirinya pun tidak penting jadi tidak akan ada yang peduli selain assisten yang selalu datang di jam-jam tertentu untuk memberinya makan dan pemilik rumah ini. Itupun kalau bajingan itu pulang.

Ouh.. mengingat lelaki bajingan itu membuat Jennie berdoa setiap harinya semoga lelaki itu tidak akan pernah pulang lagi, kalau bisa semoga dia di begal, diculik, di mutilasi seperti di film-film mengingat lelaki itu kaya raya pasti ada orang yang memata matainya atau semoga saja terjadi kecelakaan pada dirinya. Semoga saja saat dia naik pesawat, pesawatnya jatuh dan meledak, bisa dibayangkan Jennie tubuhnya hancur berkeping-keping.

Klik!

Jennie terkesiap saat mendengarkan pintu kamarnya berbunyi.

Ia bisa menebak siapa yang datang. Pasti itu asisten yang akan mengantarkan makanannya.

Walaupun ia stres dan depresi Jennie tetap memakan makanan yang mereka beri. Percuma mogok makan nyawanya tidak akan di langsung cabut.

Ingin bunuh diri tapi ia bingung caranya karna dikamarnya tidak ada benda tajam. Dikamar mandipun tidak ada pembersih lantai atau sesuatu lainnya kalau ada ia bisa meminum benda itu agar nyawanya cepat melayang.

Jennie bangun dari tidurnya dan berdiri sambil matanya tidak lepas dari pintu. Jennie heran tidak ada yang membuka pintu dan terdengar suara orang yang sedang bercakap-cakap.

Jennie maju ingin membuka pintu dan melihat siapa di luar tapi baru dua langkah pintu sudah di buka.

Muncullah sosok pria yang diidam-idamkan semua perempuan tapi tidak dengan Jennie.

"khai" Mata Jennie membulat saat mengetahui pria yang dihindari sudah muncul dihadapannya kini.

Jennie mati kutu badannya ngefreeze melihat pria itu sungguh ada dihadapannya kini.

"kau sudah siuman" katanya melangkah dengan pelan , bibirnya terukir keatas menunjukkan smirk mematikan.

Blam!

Pintu tertutup Khai maju mencoba melangkah secara perlahan dengan tangan di masukan ke saku celana dan bibir yang tersenyum tipis.

Sekarang Jennie seakan kelinci yang sedang di terkam harimau.

"kenapa kau disini?" ucap Jennie dengan suara bergetar.

"kenapa aku disini?!" ulang Khai dengan wajah datar. Ia mengidikkan bahunya "tentu saja aku pulang ke rumahku dan sudah lama aku tidak melihat Jalangku"

Jennie terus mundur secara perlahan dengan wajah yang waspada "tidak akan aku biarkan kau menyentuhku lagi, biarkan aku pergi"

Jennie menerobos berlari ke arah pintu secepat kilat tapi percuma tangan Khai yang panjang dan lebih cepat itu menangkap tubuhnya dan mendorong tubuh Jennie dinding.

Jennie meringis saat tubuhnya membentur keras Kedinding.

"Ouhh.. lihatlah jalangku semakin kuat dan bersemangat"

Dengan keberanian yang ada Jennie menampar pipi Khai dengan kuat sampai sampai tangannya terasa panas.

Khai diam tidak bergeming mendapatkan tamparan yang baginya tidak seberapa itu.

My Fault {JENKAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang