My Fault_27

229 9 0
                                        

Ke esokan harinya.

Jennie sibuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti yang diperintahkan Khai. Bukan hanya perkejaan rumah tapi tentu saja melayaninya di atas ranjang.

Dan pagi ini ia sudah berkutat dengan alat-alat dapur membuat sarapan pagi sesuai request dari Khai.

"ini sarapannya" Jennie meletakkan sepiring nasi goreng dan telur mata sapi dihadapan Khai
.
Khai mengangguk kepala melihat makanan yang dibikin oleh Jennie. Dahinya berkerut saat mengetahui hanya ada satu piring diatas meja. Ia melihat Jennie yang sibuk bolak balik dari dapur kembali lagi ke meja makan hanya untuk mengambil sendok dan garpu dan kembali lagi mengambil air putih dan kembali lagi membawa secangkir kopi untuknya.
Kakinya yang sakit membuat geraknya terbatas. Berjalan menggunakan Kruk (tongkat jalan) membuat ia harus mengambil satu persatu barang tersebut karna sebelah tangannya memegang kruk.

Didalam hati Khai memujinya. Ia benar-benar gesit berkerja sesuai perintahnya. Ada rasa kasihan melihatnya berjalan terpincang-pincang mengambil barang satu persatu seperti itu. Tapi apa boleh buat itu memang sudah tugasnya.

Khai tidak boleh luluh hanya masalah kecil seperti ini. Ini bukan salahnya. Ini salah dia yang datang mengganggu kehidupannya.
Siapa suruh Jennie terlibat denganya.

"Kau mau kemana?" tanya Khai melihat Jennie meletakkan serbet di atas meja dan ingin pergi kembali.

"aku akan kebelakang"

"kau tidak sarapan?"

"Aku akan sarapan dibelakang"

Khai menghelakan nafas sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap Jennie datar "makan disini" katanya menunjukkan kursi disampingnya menggunakan dagunya.

"tidak perlu, aku akan makan dibelakang, panggil aku jika kau butuh" Jennie memutarkan tubuhnya tapi kembali berbalik saat Khai menariknya dan mendudukkan ia di kursi sebelah.

"duduk disini, jangan bergerak" Khai bangun menuju kedapur tak berapa lama ia kembali membawa sepiring nasi goreng dan segelas air putih.
Khai meletakkannya di depan Jennie.

Sekejam kejamnya Khai ia tidak akan pernah membedakan apalagi tentang makanan. Khai makan orang yang bersamanya pun harus ikut makan sesuai makanan yang dimakannya.

"Makanlah" Khai mendaratkan pantatnya dikursi dan mulai menarik piringnya, menyendok nasi goreng dan memakannya.

"enak" komentarnya "hanya saja terlalu asin. Apa kau kebelet nikah?" Sambungnya mencondongkan badan kesamping.

Jennie menggertak giginya "ya sudah jangan dimakan kalau gitu" Jennie bangkit dan menarik piring yang ada didepan Khai dengan muka masam.

"Duduklah jangan merajuk seperti gadis perawan" Khai menariknya kembali duduk di kursinya bersamaan menarik piringnya.
Dan mereka kembali makan dalam diam hanya dentingan suara sendok makan yang terdengar diruang makan.

Disela-sela suapanya Khai memperhatikan Jennie dari samping. Hidup segan mati tak mau itulah kalimat yang cocok untuk mendeskripsikan Jennie saat ini.

Tampangnya sangat lesu sekali. Jennie mengambil sesendok nasi goreng itu dengan lemah dan mengunyah makananpun sangat lambat dengan pandangan kosong kearah piring.

Khai tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan Jennie. Jennie benar-benar berbeda diwaktu Tertentu. Saat Jennie melayaninya ia benar-benar berubah setatus delapan puluh derajat dari biasanya, dengan wajahnya yang sembab tapi masih terlihat cantik saat ia bergairah itu sangat luar biasa walaupun ia masih terbilang kaku tidak pandai untuk merayunya tapi semenjak hari itu Jennie selalu menuruti perintahnya saat bercinta dan itu sudah membuat Khai senang.

My Fault {JENKAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang