lima belas

180 21 1
                                    

Abigail memeluk buku tebal. Tampak warna merah pudar pada sampulnya, garis emas pada buku itu sudah tidak berkilau. Menyisakan buku tua yang terlihat menjenuhkan mata.

Tapi bagi Putri Abigail, buku itu menjadi satu-satunya benda yang berarti di dalam kastil miliknya.

Cetakan bertuliskan Untuk Putri Abigail di sudut bawah buku sedikit luntur, ada gambar bunga aster kecil di samping tulisan namanya.

Untuk keempat kalinya Putri Kerajaan yang lebih suka dipanggil Abs itu membuka gembok kecil dengan kunci kecil yang menggantung di gelang pada pergelangan tangannya.

Terdapat tulisan kecil-kecil yang sudah dicetak dengan mesin ketik.

Saat anganmu menjauh, jangan biarkan orang yang kau sayangi menjauhimu. Biarkan dia menjadi anganmu selanjutnya. Saat halangan datang, tetapkan dia di sana. Tepat berada di sisimu.

Abigail menghela napas. Ia sama sekali tidak mengerti apapun maksud dari kalimat-kalimat di dalam buku itu. Bahkan siapa pengirimnyapun ia tidak tahu. Tidak tahu tulisan siapa karena buku itu buku hasil mesin ketik.

Ingin sekali meminta bantuan para pelihat yang bisa ia temukan di sekitar kerajaannya. Tapi ada hal yang membuatnya ingin memecahkan bagian itu sendiri.

Terselip berbagai macam gambar jam dan tujuh lingkaran yang berbeda ukuran tiap gambarnya.

Abigai memeluk buku itu makin erat kala terdengar suara ketukan di jendela kamar yang ia tempati sekarang.

"Jason?"

Setelah nama itu ia sebutkan, buku yang ia peluk erat tadi, ia lempar begitu saja. Masuk ke dalam kolong lemari pakaiannya.

Seseorang yang Abs sebut namanya itu tersenyum tenang. Memakai kaos hitam polos dengan celana jeans panjang. Kontras sekali dengan Abigail yang mengenakan pakaian kemegahannya; Dress besar yang menggelembung di beberapa bagian.

Sesegera mungkin Abs menghampiri Jason. Lalu membuka jendela.

Abs nyaris menangis melihat orang yang benar-benar ia sayangi. Apalagi perjalanannya sampai ke tempat ini. Yang perempuan itu lihat, perjuangan laki-laki itu dengan berdiri di sisa-sisa kusen jendela yang masih bisa dipijak. Ia benar-benar rindu.

Tidak ada alasan bagi Abigail untuk tidak menarik Jason dari jendela. Membawa masuk ke dalam kamar pribadinya dan memeluk seerat mungkin dengan isakan yang mulai terdengar.

Dan tidak ada alasan bagi Jason untuk tidak mencium bibir perempuan yang ia cintai itu. Mengungkapkan seberapa besar rasa kehilangan dan kerinduan terhadap dirinya.

Ketika dahi mereka saling bersentuhan, melepas tautan rasa rindu mereka, tangan Jason bergerak mengambil sesuatu di dalam saku celananya.

Selembar kertas putih yang terlipat-lipat. Terdapat coretan tangan dengan pulpen hitam di sana;

"Aku kemari untuk Abs."

BACKPACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang