Thanks a lot ya sayangsssss kalian masih mau baca cerita ini *cium atu-atu* ya tau sih ini nggak banyak banyak banget yang baca. Kalian best banget yanga baca cerita ini mwah mwah mwah mwah mwaaaahhhhhhhhh enjoy bacanya yaaa. Mungkin ini udah masuk klimaks nya dah. Walaupun romantis2nya Juju ama Aliena cuma dikit. Ya begitulah. Kasian mereka, belum lama saling love love an, eh udah masuk ke sini aja.
"Oh, jadi ini yang namanya menjaga perasaan seseorang."
...
Ketika melihat jam digital yang bertengger di atas nakas, aku langsung menyibakkan selimut.
Pukul 07.17 a.m
Aku membuka pintu kamar mandi terburu dan mematut diri di cermin. Wajahku terlihat lesu karena aku baru bisa tertidur pukul dua pagi, yang artinya aku hanya tertidur selama lima jam. Itupun terbilang tidur yang tidak nyenyak.
Aku terus memikirkan diriku dengannya.
Ketika malam tadi aku memeluknya, aku bisa merasakan kesadaran akan degupan jantung yang memburu. Yang berdetak lebih kencang dari biasanya.
Aku membuang air kecil sebelum menggosok gigiku, masih sambil dengan sengaja memutar apa yang terjadi semalam. Dia mengantarku ke kamar lagi setelah dia berkata kamu milikku. Bibirnya yang lembab menyentuh keningku sambil membelai lembut rambut panjang di kepalaku.
Aku tidak tahu pasti, tapi rasanya kecupan itu tulus. Juga kecupan kecil itu sarat akan makna.
Selesai menggosok gigi, baru aku membasuh wajah. Sedikit memori semalam yang terputar.
Saat aku tertawa.
Mengingatnya, mataku rasanya langsung buram. Ingin menangis. Ada kaca yang retak dan siap pecah. Seberapa besar keinginanku untuk tidak meloloskan pecahan kaca itu, akhirnya pecah juga.
Aku tidak mengerti, tidak paham. Bagaimana bisa pita suaraku tidak berfungsi. Aku ingin ... ingin mengungkapkan semua pertanyaan, pernyataan, jawaban dan banyak nada yang ingin aku lontarkan.
Sulit sekali.
Aku mengusap mata dan wajahku. Lalu membasuhnya lagi.
Lalu, aku menyadari sudah hampir lima belas menit aku berada di kamar mandi.
Aku mengambil neckbook dan pena di tempat tidur dan mengalungkan mereka pada leherku. Berlari tergesa ke arah pintu dan membanting cukup keras setelah membuka. Kakiku menghentak-hentak anak tangga dengan cepat.
Aku menggigit bibir saat melihat Mommy, Niall dan ... Justin.
Mataku bertemu pandang dengan mata Justin. Nampak semburat merah keluar di kedua pipinya. Aku yakin, pipiku juga menampakkan semburat merah merona karena kedua pipiku yang rasanya menghangat.
Mommy tersenyum hangat. "Kami menunggumu."
"Kamu lama sekali, Al," celetuk Justin.
Aku menunduk meminta maaf. Duduk di samping Mommy Pattie yang setibanya di kursi langsung membalik piringku dan mengisinya dengan sup kacang. Setelah milikku diisi, baru miliknya sendiri, lalu Justin--yang menatapku sedari tadi hingga aku malu mengangkat wajah--, lalu Niall.
Aku mengangkat wajah, bermaksud melihat Niall. Ekspresi wajahnya tanpa emosi. Datar. Biasanya dia akan tersenyum manis padaku. Tapi sepertinya, dia sedang berada dalam suasana yang buruk. Terlihat dari tatapan matanya yang sendu, dan tampak memikirkan banyak hal.
"Kenapa baru bangun, Honey?" Mommy Pattie bertanya.
Aku memalingkan wajah ke Mommy Pattie setelah menghipotesa tentang Niall. Baru aku membuka neckbook dan hendak menulis sesuatu, Justin sudah menjawab pertanyaan Mommy Pattie.
"Semalam Aliena tidak bisa tidur. Aliena--"
Kali ini gantian Niall yang memotong pembicaraan Justin.
"Selain aku melihatmu dan Aliena semalam, aku melihatmu dan Aliena saat pagi hari."
Mommy Pattie, Justin, dan aku-sudah pasti- diam sejenak menunggu kalimat Niall yang belum habis. Wajah Justin terlihat menegang.
"Saat kau, Justin, dilarang Mommy untuk tidak menjenguk Aliena ke kamar karena takut kau akan mengganggu istirahat Aliena," lanjut Niall datar, tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
Mommy Pattie menghentikan kegiatan makannya. Kedua tangannya menopang dagu. Kedua alisnya dinaik turunkan menggoda.
"Aw.. lovebird, hm?"
Niall membanting sendok ke piring yang masih berisi setengah piring sup kacang selesai Mommy menggoda. Niall menghentikan kegiatan makannya. Semua mata menjadi tertuju pada Niall. Tampak Niall mengusap tissue makan ke sekitar bibirnya.
Niall membuka mulut. "Aku sudah bilang, hanya dia."
Mata Niall menatap Justin datar, masih tanpa emosi, sebelum akhirnya menarik diri dari hangatnya ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKPACK
FanfictionJustin Bieber fan fiction Aliena mendongak menatapku. "You taught how to dream and how to love. Stay in my backpack. Forever." Aku mengucapkannya tanpa suara. Mungkin kalimat ini yang ada selain kalimat bahwa aku terluka olehnya. "My planet's outsi...