Serius. Kamu butuh nama bumi.
Apa itu?
Nama, label, sebutan. Supaya aku dan yang lain bisa memanggilmu dengan mudah.
Aliena mengangguk dengan sorot mata bingung. Aku membalas dengan tulisan sambil tersenyum kecil.
Aliena. Aku menamaimu Aliena.
Aliena melepas alat di hidung dan mulutnya, dia menyunggingkan senyum manis. Ia merebut lembut pena dan kertas yang kubawa.
Nama yang indah. Bolehkan aku meminta sesuatu untuk kumakan?
Aku mengerjap. Melihat sekitar. Ini jam tiga sore, apa yang pantas untuk mengganjal perut. Dan mataku menangkap sekeranjang penuh buah jeruk. Aku mengambil dua lalu mengupaskan untuk Aliena.
Aku senyum sendiri. Aliena suka nama itu.
Aku melirik Aliena yang sedang duduk menonton salah satu acara pariwisata di televisi dalam diam, sambil mengupas kulit jeruk sambil bersiul kecil, di kedua lubang telingaku tersumpal earbud.
Setelah mentodorkan kupasan jeruk pada Aliena, aku langsung keluar kamar rawat yang ditempati Aliena. Aku keluar sebelum melihat wajahnya yang manis jika mengkode terima kasih.
Papan bertulisakan 'Doctor's office' membuatku berhenti berlari. Aku menggigit pipi bagian dalam. Aku mengetuk pintu ruangan dokter tiga kali lalu memutar knop pintunya saat terdengar teriakan mempersilahkan masuk.
Dr. Emily tengah membaca buku-buku tebal. Kacamatanya melorot sampai di hidungnya. Tapi ia segera membenarkan letak kacamatanya saat menyadari kalau aku sudah duduk di depan dokter paruh baya itu.
"Kebetulan sekali, Tuan datang kemari."
"Justin, panggil saja Justin," ujarku cepat.
"Baiklah. Saya ingin membicarakan tentang nona Aliena." Dr. Emily melipat tangan di atas meja. Matanya memandangku lekat. "Nona Aliena memiliki 50 kromosom. Padahal manusia normal hanya memiliki 48."
Aku menegak ludah panik. "Lalu?"
"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?"
Aku menggeleng panik. Berpura-pura tidak tahu.
"Lalu--"
"Saya ingin membeli alat untuk pendengaran," aku memotong cepat sebelum Dr. Emily melanjutkan.
"Oh ... um ... baiklah. Saya pesankan nanti. Baiknya kita lanjutkan percakapan ini." Dr. Emily kembali membenarkan posisi kacamatanya yang turun. "Apakan Anda tahu ada apa dengan Aliena?"
Ini rahasia kita.
Kepalaku memutar memori dimana saat Aliena menuliskannya.
"Dok, jika saya tahu ada apa dengan Aliena, saya tidak perlu repot-repot membawanya kemari."
Seusai kalimat itu selesai, aku berdiri untuk meninggalkan ruangan.
Ini harus menjaga rahasia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKPACK
FanfictionJustin Bieber fan fiction Aliena mendongak menatapku. "You taught how to dream and how to love. Stay in my backpack. Forever." Aku mengucapkannya tanpa suara. Mungkin kalimat ini yang ada selain kalimat bahwa aku terluka olehnya. "My planet's outsi...