lima-aliena

316 39 2
                                    

Aku yakin pendengaranku tidak berfungsi disini. Mudah saja, ketika makhluk yang sama sepertiku-sepertinya aku harus memikirkan nama untuk mereka- yang berada di sekelilingku menggerakkan bibir. Aku tidak dapat mendengar apapun.

Bahkan saat ada sebuah makhluk kecil berwarna hijau bergradasi kuning yang memiliki sayap sedang membuka paruhnya lebah-lebar, aku tidak mendengar apapun.

Lagi, di ruangan yang terakhir kali kugunakan untuk mengistirahatkan sendi, otot dan pikiranku-aku menyebutnya tidur- aku menemukan benda persegi yang kecil, dengan kabel panjang serta kaitan untuk telinga. Ada deretan huruf bertuliskan music pada layar digitalnya.

Setahuku music adalah perpaduan rangkaian kata yang mengandung arti dengan iringan alat. Dan saat aku mencoba memasangkan kaitan untuk telinga serta menekan tombol play disana, aku tidak mendengar apapun.

Aku berbaring di tempat empuk, yang namanya ... Astaga, aku tidak tahu nama semua benda disini.

Aku menepuk kepalaku lalu menenggelamkan kepalaku pada benda empuk yang lebih kecil yang biasa kugunakan untuk sandaran kepala.

Dan entah bagaimana, aku bisa merasakan ada yang membuka pintu. Lantas, aku mendongak untuk melihat lalu berpindah posisi untuk duduk.

Makhluk dengan rambut cepakdan mata hazel berdiri disana. Matanya membulat lucu, beberapa detik kemudian mulutnya berkomat-kamit.

Aku mengernyitkan hidung lalu menggeleng. Tidak mengerti. Aku menarik napas dalam saat kaki makhluk itu melangkah mendekat kearahku. Aku bersiap akan mengeluarkan teriakanku.

Makhluk tadi sudah berada di depanku. Aku makin menarik napas dalam. Lalu saat mulutku terbuka lebar. Tidak ada suara apapun yang kudengar.

Eh ... atau aku tidak mengeluarkan suara?

Makhluk di hadapanku malah mengernyitkan dahinya, bukan menutup telinganya.

Aku mengatupkan mulutku rapat-rapat lalu menyentuhnya dengan jari telunjukku. Kepalaku kini mendongak menatap makhluk di hadapanku.

Saat ini aku baru menyadari hal lain. Selama aku ada disini, aku tidak berbicara apapun. Aku hanya berpikir. Jadi, selain aku tidak dapat mendengar apapun, aku tidak dapat mengeluarkan suaraku.

Aku nyaris menangis kalau saja tidak sadar ada makhluk di depanku yang menatapku dengan tatapan menyelidik nan heran. Aku mengusap wajahku. Masih mendongak menatap makhluk di hadapanku, aku membasahi bibirku.

Aku merasa takut dengan tatapannya.

Tapi saat aku takut akan tatapannya, aku merasakan hal lain di kedalaman matanya. Sedikit berbinar dan sendu.

Aku tidak mengerti ... aku ... aku tersesat.

BACKPACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang