enam belas-aliena

131 21 1
                                    

Aku menarik napas dalam-dalam. Menikmati harum lavender dan juga dinginnya pendingin ruangan yang menyentuh kulit. Terik matahari memang menyengat, jadi Justin menyetelkan suhu dingin di kamar.

Aku mengedarkan pandangan mata. Klasik dan modern jadi satu.

Begitu mendengar kabar Justin kalau aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit, dengan cepat aku mengangguk. Sangat setuju.

Kemana aku harus pulang?

Rumahku, rumahmu, Al.

Apa menurutmu rumahku memang rumahmu?

Aku sudah mengucapkannya tadi.

Di sinilah aku sekarang.

Rumah seorang Justin Bieber.

Rumahku, rumahmu.

Dan oh...

Seingatku, Justin baru saja meletakkan bunga matahari. Justin meletakkannya tepat di samping jendela, membiarkan bunga itu dimandikan sinar matahari.

Tapi sekarang bunga itu berganti dengan bunga mawar merah-itu yang Niall sebut- di dalam vas kecil transparan dari kaca berisi air segar.

Aku berpikir, seingatku juga, aku hanya tidur selama setengah jam. Tiba-tiba bunga itu sudah beganti.

Samar, aku mendengar suara berisik dari luar jendela. Selimut yang menutupi kakiku tersibak karena kakiku cepat-cepat melangkah ke jendela.

Saat kulihat. Wajahnya yang ceria menutupi halaman belakang yang luas. Fokusku tertuju pada matanya, dan bibirnya. Senyumnya penuh mencapai mata.

Matanya ingin berkata sesuatu... tapi terhalang ragu.

"Al...."

Aku bersumpah demi apapun. Jika aku dihadapkan pada setiap suara di alam semesta ini, telingaku akan tertuju pada suaranya.

Setiap nada yang ia tujukan saat menyebut namaku. Aku ingin mendengarnya lagi.

"Aliena."

Kakiku melangkah mendekat.

Dia berdiri di luar jendela. Aku menutup mulut kaget saat melihat kakinya yang berpijak di pilar, tepat di sebelah jendela.

Dia mengerti apa yang ingin kukatakan. Dia meringis.

"Mommy melarangku bertemu denganmu," kata Justin. "Jadi aku menyelinap lewat jendela."

Untuk sesaat aku termangu. Terlintas mimpi yang menjunjungku ke kenyataan. Mimpi itu seperti nyata.

Saat dia berdiri di depan jendela, datang hanya untuk putri yang dicintainya.

Aku melangkah tanpa sadar. Menariknya masuk ke dalam.

Sesuatu yang aneh memenuhi perutku. Terlebih saat rasa aneh menyerangku untuk mendekat pada Justin. Mengecupnya dengan harap dan rindu yang tiba-tiba memenuhi mata.

Dia tersenyum setelahnya.

"Aku mengganti matahari dengan mawar. Apa kamu suka?"

Aku lebih suka bunga matahari. Tapi apapun yang kamu beri, aku suka.

Justin memelukku.

Aku merasa nyaman.

Rumahku.

BACKPACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang