tiga puluh dua-justin

75 16 1
                                    

Aku menguping pembicaraan Aliena dan Niall dari tangga turun. Tepat di sebelah dapur, tempat mereka berbincang. Sudah hampir setengah jam aku duduk di anak tangga. Mendengarkan apa yang mereka bincangkan.

Lebih mendengarkan ke suara Aliena.

Orang pertama yang dia temui saat suaranya kembali adalah Niall ... bukan aku.

Aku tersenyum miris. Suaranya lembut, namun juga penuh ketegasan.

Aku dibuat kaget tadi saat aku mendengar suara seorang perempuan di dalam rumah ini padahal hari ini mommy sedang pergi ke rumah saudara di Florida. Saat aku mengintip, aku mendapati Aliena dan Niall. Aliena berbicara. Dan itu jelas membuatku kaget, sekaligus mencelus karena sadar orang yang pertama dia temui adalah Niall.

Jadilah aku duduk di anak tangga ini.

Ada hal yang membuatku termenung. Bukan masalah siapa orang pertama yang Aliena temui, tapi masalah mimpi yang mereka bicarakan. Aku mendengar mereka saling bertukar mimpi yang saling berkaitan. Mimpi yang sama persis seperti mimpi yang kualami malam-malam lalu.

Aku ingin datang, ikut larut dalam pembicaraan mereka yang membuatku bingung. Mereka membicarakan Abigail-Jason-Julius. Aku mencoba mengingat saat aku memanggil Aliena sebagai Abigail, Niall memanggilku Jason dan aku balik memanggilnya Julius.

Aku terhentak. Termenung sebentar lalu memalingkan wajah.

"I know I was made for you."

"So do I."

Aliena membalas perkataan Niall. Aku mendengar jelas suaranya. Seperti suara echo di telingaku. So do I ...

Sebenarnya perasaan macam apa yang Aliena rasakan padaku sampai-sampai aku selalu bisa mengira bahwa dia untukku.

Aku ingat. Betul-betul ingat saat matanya memintaku untuk mengungkapkan kepemilikan. Betul-betul ingat saat Aliena mengecup bibirku dalam di malam itu. Betul-betul ingat betapa inginnnya mata itu untuk meminta selalu berada di dekatku.

Aku berdiri. Berjalan dengan tangan di dalam saku celana. Hentakan kakiku yang melangkah mendekat sudah mereka ketahui. Bahkan bukan hanya ketika aku datang, tapi sedari tadi mereka sudah tahu.

Niall tersenyum ringan padaku. "Sudah sedari tadi?"

Aku mengangguk pada Niall. Melirik Aliena. Dia tertunduk membelakangiku, tanpa mau menoleh hanya untuk sekedar melihatku.

"Sudah dengar semua?"

"All of it. But, I still can't understand."

Baru itu, Aliena memutar kursi putarnya menghadapku. Melihatku dengan tatapan terluka. Aku berusaha memerlihatkan wajah bahwa aku tidak apa-apa dengan senyum semanis yang bisa kubuat. Namun aku tahu, mataku yang merah dan terluka tidak bisa menyembunyikan apa yang aku rasakan belakangan ini.

"You look ... broken."

Perkataan Aliena masuk di dalam tubuhku. Masuk mematahkan sesuatu yang sudah patah.

Aku menghela napas, melirik ke arah manapun agar aku tidak berkontak mata langsung dengan mata violetnya.

"Kemarilah, biar kami jelaskan," ujar Niall.

Perlahan aku melirik mereka berdua yang menatapku dengan tatapan yang berbeda maknanya. Aku menarik tanganku dari saku dan berjalan mendekat, duduk di kursi yang tersisa. Di sebelah Aliena.

"Hanya beberapa yang mengalami hal semacam ini."

Niall berujar seperti biasa. melihat lurus ke depan tanpa melihat lawan bicaranya dan sepatah-patah. Menyuruhku menyatukan semua bongkahan agar menjadi satu. Namun aku sendiri tidak bisa menyatukannya secara utuh dalam keadaan aku sendiri yang tidak utuh.

"Dan kita yang terpilih. Seperti yang sudah-sudah. Antara Abigail, Jason dan Julius. Kisah mereka terjadi pada kita. Saat--"

Aku tidak ingin mendengarkan Niall. Benar-benar tidak ingin sehingga aku menatap Aliena yang tertunduk di sampingku. Aku tidak memiliki kalimat apapun lagi untuk kusampaikan pada Aliena selain; yes, I'm broken. Tidak ada lagi kalimat untuk kuutarakan seberapa hampanya di dalam. It's just washing away.

Aliena mendongak menatapku.

"You taught how to dream and how to love. Stay in my backpack. Forever."

Aku mengucapkannya tanpa suara. Mungkin kalimat ini yang ada selain kalimat bahwa aku terluka olehnya.

"My planet's outside there waiting. I can't stay in your backpack forever."

Aliena membalas. Juga tanpa suara. Hanya gerakan bibir.

Aku melihatnya seperti sesuatu yang belum pernah kulihat, sesuatu yang harusnya tidak boleh kulihat tapi ada di sini.

Aku melihatnya. Hanya melihatnya. Melihatnya.

Aku tahu seharusnya dia bisa ... seharusnya.

Tapi dia tidak bisa.

Hingga di akhir, Niall berkata, "Aliena sudah memilih keputusannya."

"I'm sorry."

Dari kata yang terlontar oleh Aliena itu, mimpi bahwa Jason melepaskan Abigail benar-benar terjadi saat ini.

Dan Justin tahu betul bagaimana perasaan Jason. Karena Justinpun merasakannya.



***

gue babat habis BACKPACK malem ini jugaaaa

BACKPACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang