dua puluh tiga-aliena

106 20 7
                                    

Tadi pagi jam lima, aku melihat Justin sedang duduk termenung di kursi bar tinggi di dapur. Seperti biasa, dia menyesap secangkir teh hangat. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tapi dia terlihat sangat kacau. Matanya menunjukkan mata lelah.

Beberapa menit sekali terlihat dia menarik rambutnya. Terlihat pasrah dan frustasi. Bahkan sekali-kali, barang mahal seperti guci kecil di atas meja bar ia lempar hingga jatuh pecah. Aku bisa melihat jelas seberapa banyak barang-barang mahal yang dia jatuhkan.

Aku ingin menangis, lagi. Aku ingin menangis melihatnya seperti itu. Aku ingin menangis menyadari bahwa aku berada pada tempat yang salah. Meskupin aku merasa aku benar-benar ada di tempat yang benar.

Aku berpikir ini rumahku. Nyatanya bukan.

Ketika Niall mengaitkan jemarinya ke jemariku, aku sadar, Niall-lah rumahku yang sesungguhnya. Rumah yang tidak terawat di dalamnya, menanti siapa yang masuk untuk membersihkan seluruh serakan kotoran di dalamnya.

Aku sudah datang.

Sudah tugasku membersihkan segala macam kehancuran yang Niall dapatkan di tempat ini, di bumi. Aku yang ditugaskan untuk memperbaiki hatinya. Aku yang kelak harus menikah dengannya dan melanjutkan generasi untuk memimpin Zhinus.

Sudah digariskan bintang.

Aku ingat saat Niall mengucapkan kata perpisahan karena dia yang seharusnya dikirim pertama kali, diusianya yang baru empat tahun. Aku ingat semua rasa sakit dan rasa kesepian saat aku harus menunggu usia dua puluh lima tahun. Selalu berkutat dengan hitungan dan menciptakan sesuatu. Sampai akhirnya waktu itu datang, aku dikirim ke bumi untuk menemukan Niall.

Masih terpatri jelas suara ayah. Dia membelai rambutku sayang sebelum dia mengucapkan perpisahan dengan raut wajah takut kehilangan. Saat itu aku menjawab; "aku bisa, Ayah."

Sungguh, tidak ada kata yang bisa mengekspresikan bagaimana bahagianya aku jika aku bertemu Niall nanti. Aku sudah menunggu sangat lama. Semua memori sudah siap dihapuskan di kepalaku, dan saat aku bertemu dengan orang yang sudah digariskan bintang untukku, aku akan ingat. Aku ingat sekarang.

Tapi dengan kondisi yang tidak bahagia. Aku merasa, bahagiaku Justin.

Apa layak jika aku melewati kesepianku tanpa Niall dan malah memilih Justin?



***

Emmh gue bingung. Gue mulai lelah sama tugas sekolah.

BACKPACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang