Seperti ada lampu sorot sangat besar yang menerpaku, dan saat aku membuka mata, aku merasa bingung.
Aku berada di tempat yang tidak biasanya. Aku tertidur di tempat empuk berwarna merah. Sampingku ada jendela besar-oh, cahayanya seperti lampu sorot.
Dan yang kukenakan saat ini bukan pakaianku. Tapi pakaian aneh yang bisa dibilang lebih nyaman dibanding pakaianku sebelumnya.
Aku menatap ke segala arah. Tertatih, aku menyusuri ruangan sekitarku.
Di sini dingin. Aku berpikir kalau atmosfir dingin disini karena benda persegi panjang di atas yang menempel pada tembok.
Aku menatap pintu cokelat bergagang emas. Tanganku menjangkau gagangnya, lalu memutarnya. Ketika merasa pintu lebih ringan, perlahan aku membuka pintu.
Aku mendapati ruangan mewah tapi klasik. Beberapa langkah di depanku, tersuguh tangga spiral. Ragu, aku melangkah menuruni tangga.
Disana, tiga makhluk-aku tidak tahu harus menyebutnya apa, karena bentuknya sama sepertiku-sedang berbincang. Aku tidak bisa mendengarnya.
Saat salah satunya menatapku, dia tersenyum lembut. Rambutnya panjang dan terlihat cantik meski ada keriput halus di dahi dan pipinya.
Satu makhluk yang menatapku tadi menggerakkan bibirnya seperti ... berbicara? Lalu dua lainnya menatapku.
Entahlah. Aku tidak mendengar apa yang dibicarakan sebelumnya.
Selain yang melihatku tadi, dua makhluk itu berambut pendek, cepak. Yang satu bermata cokelat terang, yang satu hazel.
Mereka tersenyum bersama dan secara bersama juga, mereka menghampiriku.
Bibir mereka bergerak. Sayangnya, aku tetap tidak bisa mendengar apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKPACK
FanfictionJustin Bieber fan fiction Aliena mendongak menatapku. "You taught how to dream and how to love. Stay in my backpack. Forever." Aku mengucapkannya tanpa suara. Mungkin kalimat ini yang ada selain kalimat bahwa aku terluka olehnya. "My planet's outsi...