•
Setelah lamunan panjang yang dipenuhi keraguan, Jisoo memutuskan, bahwa ini mungkin waktu yang tepat-waktunya untuk berhenti bersembunyi dari perasaannya. Tidak peduli seberapa aneh situasinya-mantan kucing atau bukan-Jennie telah menjadi bagian dari hidupnya. Lebih dari itu, ia telah menjadi bagian dari hatinya.
Kini Jisoo menatap Jennie yang sudah beralih duduk di balkon kecil apartemen mereka, setelah dia bangun dan mendapati Jisoo disebelahnya, entah kenapa perempuan kucing itu justru tiba-tiba berpindah tempat.
Wush~
Angin malam meniup lembut rambut Jennie yang kini lebih panjang, membuatnya tampak lebih manusiawi dan lebih mempesona.
"Jennie," panggil Jisoo pelan.
Jennie menoleh, wajahnya datar seperti biasa. "Hm? Ada apa?"
Jisoo berjalan mendekat, berdiri di sebelahnya sambil memandang langit malam yang sama. Hatinya berdebar kencang. Ia menggigit bibirnya sejenak, mencari keberanian di antara dinginnya udara yang menyeruak didada.
"Selama ini, aku selalu bertanya-tanya... apa yang sebenarnya kamu berikan dalam hidupku." Jisoo berhenti, menarik napas panjang sebelum melanjutkan. "Tapi sekarang aku tahu jawabannya."
Jennie mengernyit bingung. "Jawabannya apa?"
"Kamu membuat hidupku berarti," ujar Jisoo dengan suara mantap, namun lembut. "Kamu mengisi kekosongan yang selama ini aku abaikan. Kamu mungkin pernah jadi kucing, dan sekarang manusia-tapi di mataku, kamu selalu istimewa. Dan... aku menyukaimu, Jennie."
Kata-kata itu membuat Jennie membeku. Matanya melebar, dan untuk pertama kalinya, Jisoo melihat wajah Jennie yang benar-benar tidak tahu harus bereaksi bagaimana. "Kamu... apa?"
Jisoo tersenyum kecil, berusaha menyembunyikan gugupnya. "Aku menyukaimu. Kamu boleh tertawa atau marah, tapi itu kenyataannya."
Jennie terdiam lama. Pipinya bersemu merah samar, sesuatu yang langka dari gadis berwajah jutek ini. "Aku... tidak tahu harus berkata apa," gumamnya akhirnya, suaranya pelan hampir seperti bisikan.
"Kamu tidak perlu berkata apa-apa." Jisoo mengangkat bahu, berusaha santai meskipun wajahnya ikut memerah. "Aku hanya ingin kamu tahu."
Jennie menatap Jisoo lama, lalu mengalihkan pandangan dengan cepat. "Dasar bodoh," katanya pelan, tapi suaranya penuh kehangatan yang membuat Jisoo tersenyum.
Tiba-tiba, suasana menjadi canggung. Mereka hanya berdiri bersebelahan, sama-sama berusaha mencari topik untuk mengalihkan perasaan yang meluap-luap.
Lalu, tanpa berpikir panjang, Jisoo memutuskan untuk melakukan sesuatu yang sedikit gila. Dengan gugup, ia sedikit membungkuk dan mengecup pipi Jennie-satu sentuhan ringan, nyaris seperti angin lewat.
Jennie terperanjat. "Ji! Apa yang kamu-"
"Aku... hanya ingin membuktikan sesuatu," potong Jisoo cepat, wajahnya memerah padam. "Lagipula... itu cuma pipi."
Jennie memegang pipinya, ekspresinya campuran antara terkejut, marah, dan... malu. "Kalau cuma pipi, kenapa wajahmu merah begitu?" balasnya cepat, meski pipinya sendiri sudah semerah tomat.
Jisoo tertawa gugup. "Karena ini pertama kalinya aku-"
Sebelum Jisoo bisa menyelesaikan kalimatnya, Jennie tiba-tiba menarik kerah kausnya dan mengecup bibir Jisoo sekilas-sangat cepat, seperti kilatan petir. "Nah, sekarang impas," katanya dengan ekspresi datar, meskipun telinganya merah menyala.
Jisoo membeku di tempatnya, matanya melebar. "Kamu... kamu-"
"Apa? Mau protes?" Jennie melipat tangan di dada, ekspresinya kembali jutek, meskipun jelas-jelas ia sama gugupnya. "Jangan sok malu. Kamu yang mulai duluan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
♡𝐉𝐞𝐧𝐒𝐨𝐨 𝐬𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐜𝐨𝐥𝐥𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧♡
Fanfic[Jensoo's collection of short story lines] Indonesian language. Title List : 1. 'She's not her - 2 chapter - 2. Love wound - 4 chapter - 3. truth - oneshot 4. Love sick - oneshot 5. Sweet sta...