Happy reading~
----------------------
Kai menghela napas panjang, merasa jengkel. Tatapannya tak beranjak dari Jennie, yang kini masih berdiri terpaku di hadapannya dengan mata penuh kecemasan.
"Jennie," Ucap Kai dengan suara yang lebih rendah namun dingin, "Aku tidak akan memaksa kalau kau memang tidak bisa jujur sekarang. Tapi aku bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda darimu, dan itu membuatku gila. Melihat kau yang sekarang sering pulang larut malam, dengan raut wajahmu yang terlihat bahagia, tapi aku tahu itu bukan karena aku." Kai menghentikan kata-katanya, menatapnya lebih dalam. "Kau tahu dan kau juga pasti bisa merasakannya, bahwa aku sudah memberikan seluruh perasaanku untukmu. Jika kini ada yang berubah, aku berhak tahu. Kau tidak bisa hanya bilang butuh waktu sendiri, lalu pergi sesuka hatimu, tanpa aku tahu kemana dan dengan siapa kau sering menghabiskan waktu."
Jennie menunduk, tak berani bertemu pandang dengan Kai. Perasaan bersalah dan takut berkecamuk dalam diri Jennie. Tatapan mata Kai semakin dalam, seolah berusaha membaca apa yang ia sembunyikan. Namun, disisi lain ia ingin bicara, ingin mengakui segalanya, tetapi ia tahu kebenaran itu hanya akan memperparah luka yang sudah ia ciptakan.
Dalam suaranya yang lemah, Jennie hanya berkata, "kai, aku tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Ini... Ini sulit bagiku juga."
"Sulit untukmu? Bagaimana dengan aku, Jennie? Aku mencintaimu sepenuh hati, dan kau datang setiap hari dengan ekspresi itu, dimana wajahmu terlihat seolah sedang merasakan jatuh cinta kembali, tapi sekali lagi itu bukan karena aku!" Suara Kai meninggi, namun terdengar menyakitkan penuh dengan kesedihan.
Jennie menggigit bibirnya, merasa sakit melihat ekspresi Kai, namun hatinya tetap tertambat pada sosok lain yang telah mencuri setiap detak jantungnya. Jennie terisak, mencoba menahan air matanya. "Aku tidak pernah berniat menyakitimu. Aku hanya... aku tidak bisa berpura-pura lagi. Perasaan ini bukan sesuatu yang bisa aku kendalikan."
"Jadi memang ada orang lain?" Tanya Kai, nadanya penuh kepahitan.
Dengan keberanian yang tersisa, Jennie akhirnya mengakui, "Kai... mungkin aku memang punya perasaan pada orang lain. Tapi ini tidak seperti yang kau pikirkan. Ini sesuatu yang... rumit."
Wajah Kai memucat, lalu berubah tegang. "Kau tidak bisa melakukan ini padaku. Setelah semua yang kita lalui, aku pikir kau bahagia. Tapi sekarang kau malah mencintai orang lain?"
Jennie memejamkan matanya, merasa berat untuk melihat sakit yang jelas terpampang di wajah suaminya itu. Ia mencoba menguasai diri, tetapi akhirnya, air matanya jatuh. "Maafkan aku, Kai. Aku tidak ingin ini terjadi. Tapi aku tidak bisa membohongi diri sendiri lebih lama lagi. Aku mencintai orang lain, dan itu bukan kau..."
Kata-kata itu terasa seperti belati bagi Kai. Hatinya merasakan sakit yang begitu luar biasa.
Kai menatap Jennie dengan pandangan yang sulit ditafsirkan—ada kekecewaan, kemarahan, dan rasa terluka yang mendalam. Suaranya terdengar lirih, namun memiliki sarat emosi yang ditekan, "Kau sangat mencintai dia? Kau ingin memilih dia? kau ingin hidup bersama dia? JAWAB!"
Jennie mengangguk pelan, tanpa berkata apa-apa. Jawaban itu membuat wajah Kai berubah, seolah kepercayaan yang ia miliki selama ini hancur berkeping-keping.
Dengan suara berubah rendah dan getir, Kai berkata, "baiklah. Kalau memang ini jalan yang kau pilih, aku tidak akan menghalangi. Tapi jangan kira aku akan melupakan ini begitu saja."
Jennie merasa ada ancaman yang tersirat dalam kata-kata itu, namun ia tidak ingin menduga atau bahkan menerka hal-hal buruk. Kemudian, dengan suara bernada rapuh, ia berkata, "aku harus pergi, kai... Maafkan aku." Lalu, tanpa menunggu jawaban, Jennie mengambil tasnya dan berjalan keluar dengan langkah berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
♡𝐉𝐞𝐧𝐒𝐨𝐨 𝐬𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐜𝐨𝐥𝐥𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧♡
FanfictionJust random short story' about JENSOO. Indonesian language. List : 1. 'She's not her - 2 chapter - 2. LOVE WOUND - 4 chapter - 3. truth - oneshot 4. Love sick. - oneshot 5. Sweet stalker - 4 chapter - 6. El Di Ar...