Tentang 7 lelaki yang berusaha meraih mimpi menjadi seorang idola dalam sebuah boy band
Lolos gagal itu biasa
Naik turun itu tak mungkin tak ada
Berhasil atau tidak itu.... tergantung diri sendiri
Namun, ditengah perjuangan mereka ada sebuah rahasi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ayokk follow
Aku bikin au juga loh disitu, baru tapi jadi belum banyak part nya
Tandain typo~~
Happy Readinggg
"Aduh, pelan-pelan, Hen, jangan diteken, sakit."
"Ya tahan lah, gue juga baru pertama kali begini."
"Lo mah gak jago."
"Udah dibilangin, gue baru pertama kali, tadi gue liat tutorial di yutup."
"Iye."
"Lo sih ngrepotin banget."
"Ya namanya juga gak sengaja, takdir."
Mahen sedang membantu Haikal mengobati luka memar di dahinya, tadi saat bermain basket, Haikal berlari tanpa melihat jalan, alhasil tubuhnya berpelukan dengan ring basket.
Naje, Kenzi, dan Jeven sedang pergi ke kantin untuk membelikan pesanan Haikal, padahal sakitnya di dahi tapi katanya biar sembuh perut harus kenyang.
Memang ada-ada aja si Haikal ini.
Mahen mencoba membantu dengan melihat tutorial di youtube, bagaimana cara mengobati luka memar di dahi, tetapi Haikal sejak tadi tidak bisa diam membuat Mahen kesal sampai sengaja menekan luka Haikal.
"Aduh, pelan-pelan ege, sakit ini."
"Udah." Mahen menyelesaikan aktivitasnya dengan menempelkan plester kepada Haikal.
"Lagian cuman memar dikit, masa harus di plester segala."
Haikal menatap Mahen, "Hen, luka tetaplah luka, kita harus selalu memberikan hak kepada luka untuk di plester."
"Serah dah serah." Mahen sudah lelah dengan temannya yang satu ini, ada aja alasannya.
Tak lama kemudian, Naje dan yang lainnya datang membawa makanan yang 75% adalah pesanan Haikal.
Haikal memesan satu pisang coklat, satu ayam geprek, satu porsi sate ayam, satu porsi salad sayur, satu piring kimci jigae, masih ditambah dengan es krim, 3 cup es teh, dan satu cup americano.
"Lambungnya aman gak ya?" Naje membatin, setelah melihat pesanan Haikal yang sangat banyak.
Apalagi itu semua Kenzi yang bayar, kalau uang Kenzi tidak jadi masalah karena dia konglomerat, tapi kalau perut Haikal, sudahlah.
"Katanya pengen punya perut eightpack, tapi makannya aja banyak." Sindir Jeven.
"Ssst, diem aja lo."
Mereka berlima makan dengan tenang, sampai Kenzi menyadari kalau Azen dan Juna belum menampakkan batang hidungnya setelah dari kantin tadi.
Mereka bertujuh berkumpul di kantin tadi hanya untuk minum kopi dan makan makanan ringan.