ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـRF 44ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

587 83 2
                                    

Assalamualaikum renicaaa, selamat datang di cerita yang banyak kurangnya ini. Semoga menghibur kaliannn, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

DAN JANGAN LUPA BERSHOLAWAT
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad

𓇼 ⋆.˚ 𓆉 𓆝 𓆡⋆.˚ 𓇼

"Assalamualaikum," ucap ustadz Airil saat berada didepan rumah Gus Raja.

"Waalaikumsalam," jawab Gus Raja.

"Masuk, kamu antar Ratu. Pakai saja mobil saya," imbuh Gus Raja.

"Baik Gus," sahut ustadz Airil.

Suasana ketika Ustadz Airil memasuki rumah Gus Raja terasa tegang namun tetap sopan. Pintu rumah kayu dengan ukiran khas Jawa terbuka, memperlihatkan ruang tamu yang sederhana namun penuh nuansa Islami, dihiasi kaligrafi di dinding. Ustadz Airil mengenakan pakaian gamis putih bersih dengan peci hitam, langkahnya mantap namun penuh kehati-hatian.

Di sisi lain, Ning Ratu tampak malu-malu, berdiri di sudut ruangan mengenakan pakaian syar'i pastel, siap menemaninya. Sementara itu, Anna yang baru saja lari masuk ke dalam kamar terlihat panik. Ia berdiri di belakang pintu, memegang kerudungnya yang belum sempat dipakai, mencoba mengatur napas agar tidak terdengar. Kamar Anna terlihat rapi, dengan seprai bunga-bunga dan tumpukan buku di meja kecil.

Suasana menjadi semakin intens, meski Gus Raja tetap menyambut dengan senyuman bijaksana, memecah ketegangan dengan candaan ringan. Namun, keberadaan Anna yang sembunyi di kamar menambah rasa kikuk yang tak terlihat.

"Sayang, kenapa ga telepon mas langsung?" tanya ustadz Airil saat berada di depan Ning Ratu.

"Takut mas nolak, tapi kayanya ga bakal nolak. Kalo nolak abis kamu sama Abang, mas," balas Ning Ratu.

"Itu kamu tahu, selain itu mas sayang sama kamu jadi mas tidak akan menolak semua permintaan kamu," jelas ustadz Airil.

"Ayo kita berangkat," sambung ustadz Airil.

"Ayo mas," sahut Ning Ratu.

"Umma, Abang, adek pergi dulu ya," imbuh Ning Ratu sembari Salim kepada keduanya.

"Assalamualaikum," ucap ustadz Airil dan Ning Ratu.

"Waalaikumsalam, hati-hati nak," jawab umma Humai.

"Waalaikumsalam," jawab Gus Raja.

Suasana depan rumah Gus Raja mendadak penuh semangat. Para santri dan santriwati yang tengah berkumpul di halaman pondok berhenti dari aktivitasnya begitu melihat Ustadz Airil dan Ning Ratu melangkah keluar bersama. Beberapa dari mereka saling berbisik, menyembunyikan senyum geli, sementara yang lain pura-pura sibuk agar tak terlihat terlalu penasaran.

Mobil Gus Raja-sebuah kendaraan hitam yang terlihat bersih dan terawat-diparkir di depan, siap mengantar.

Ustadz Airil tampak tenang, dengan langkah mantap dan wajah yang tetap bersahaja, meski tatapan para santri terasa seperti ratusan mata yang mengawasi. Sementara itu, Ning Ratu, yang mengenakan gamis pastel dan kerudung yang menjuntai anggun, berjalan di sampingnya dengan sedikit malu-malu. Pipinya memerah, menyadari sorotan yang tak lepas dari para santriwati.

Di antara kerumunan, terdengar bisik-bisik. "Eh, lihat itu, Ning Ratu sama Ustadz Airil, ngapain mereka dari dalam rumah Gus Raja, dan pergi berdua seperti itu?" salah satu santriwati berujar pelan.

"Sudah, sudah, jangan ramai. Doakan saja yang baik-baik untuk mereka," balas temen santriwati tersebut.

Begitu Ustadz Airil membuka pintu mobil dan Ning Ratu masuk, para santri seolah tak bisa menahan kehebohan mereka, meskipun tetap mencoba menjaga adab. Mobil perlahan melaju meninggalkan halaman, meninggalkan suasana riuh yang segera berubah menjadi obrolan seru di kalangan para santri tentang apa yang baru saja mereka saksikan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 2 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RAJA FIRDAUS (ON GOING)Where stories live. Discover now