"APALAGI YANG KAU BISA SELAIN SAKIT, SAKIT DAN SAKIT! KAU MEMBUATKU MALU REVAN! KAU TERUS MENERUS IZIN DAN PULANG LEBIH AWAL, KAU MEMBUATKU MALU KARENA HARUS IZIN KEPADA GURUMU"
Revan yang ditunjuk tunjuk oleh sang Ayah hanya bisa menangis dalam diam, kakinya kaku.
Penyakitnya kambuh.
"KAU TIDAK MENDENGARKU REVAN? KAU ITU MENYUSAHKAN! BEBAN! DAN TIDAK PERNAH BERGUNA!" Revan semakin terdiam.
Tubuhnya mulai kejang kejang, sebelum akhirnya ditendang oleh sang Ayah. "KAU MENYUSAHKAN KU! MENGHABISKAN UANGKU HANYA UNTUK SEKOLAHMU! KAPAN KAU AKAN BERGUNA!?" Revan tetap terbaring kaku dengan air mata mengalir.
Membiarkan tubuhnya ditendang hingga akhirnya terdengar suara patahan tulang. "SUDAH PENYAKITAN, SEKARANG TULANGMU PATAH! KAU SEMAKIN TIDAK BERGUNA REVAN! MATI SAJA SANA! MENYUSAHKAN AYAH SAJA"
Revan merasakan kekuatan tubuhnya kembali, ia bangkit namun kembali terjatuh, hingga beberapa kali dan ia terus gagal.
Akhirnya ia menyeret kakinya, membawa kedua kakinya yang patah ke dapur. Mengambil pisau lalu menggigit pegangan pisau itu.
Ia kembali berjalan ke hadapan sang Ayah, memberi pisau itu kepadanya.
"K-katanya Ayah... malu punya anak kayak Revan, jadi Revan kasih Ayah kesempatan buat bunuh Revan. Setidaknya kalau Ayah yang bunuh, Revan akan senang" sang Ayah langsung emosi.
Tangannya merebut pisau itu dari Revan, menusuk leher hingga dada Revan terbuka lebar.
Revan tersenyum melihat lukanya, tubuhnya langsung terbaring di lantai. Darah keluar dari mulut dan hidungnya sebelum akhirnya meninggalkan tubuh tanpa jiwa itu.
Pintu rumah anak itu terbuka dengan dobrakan kencang, "REVAN! BANGUN! KATANYA LU PENGEN GW BELIIN ARTBOOK KAN? AYO BANGUN! GW UDAH BAWAIN BUKUNYA!!" Menyadari tubuh itu sudah kaku tak bernyawa membuatnya semakin hancur.
"REVAN! BANGUN! JANGAN TINGGALIN GW!" Tangan remaja itu semakin keras menepuk pipi Revan, mencoba membuatnya bangun.
Ia tanpa ragu memberikan nafas buatan pada Revan, dan melakukan segala cara untuk membangunkan Revan.
Namun tidak ada yang bekerja, tangannya yang memompa jantung Revan semakin lama semakin pelan.
Tubuhnya meluruh, ia menangis sejadi jadinya. Revan Antariksa, mati pada tanggal 29 Maret 2009.
Jiakh, wkwkwk gw lagi sakit dikata malu maluin coy Ama bapak sendiri lagi, sakit banget gile wkwkwk
Udahlah gw lagi makan, dikata gitu auto nangis anjir, nasi gw jadi berkuah wkwkwk. Oh iya gw mau nanya, gw malu maluin nggak? Kalo nggak sih ya seset seset lah, kalau bikin malu ya sama aja sih seset seset juga bedanya lebih dikit. Wkwkwk dah ah capek Ama hidup, mati aja lah tau gitu gw jatuhin diri dari motor aja, paling mati doang
![](https://img.wattpad.com/cover/347466940-288-k967403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa
AcakBapak anak tapi panggilannya Abang Adek Notes: Nggak suka silahkan pergi, lebih baik habiskan waktu dengan yg lebih penting daripada ngetik hal jahat disini. BL tipis tipis (bukan incest) suka ada AU tiba tiba, lupa ngomong AU nya suka nyambung sam...