XVII

431 29 0
                                    

"Adek, bangun yuk?" Agra membuka mata sedikit, menatap Anggara yang terus mencoba membangunkannya.

"Euh, Angga... mau nen..." Anggara tersenyum menatapnya penuh sayang "nanti Sayang, mam dulu" gelengan Anggara dapat, "Adek nggak laper?" Gelengan kembali ia dapat.

Agra masih dengan mata tertutup merangkak untuk memeluk perut Anggara, "kenapa Sayang?" "Mau nen..." Anggara tersenyum, tangannya terangkat mengusak surai berantakan sang anak.

"Nanti sakit perutnya kalau cuma minum susu, jadi mam dulu ya? Bareng Angga" Agra mengangguk. Tubuhnya sekarang sudah ada di pangkuan Anggara yang sedang menyuapinya bubur abalone.

Tangannya memainkan jari Anggara yang bebas, entah menekannya, memencetnya, ataupun menggerakkannya. Anggara membiarkan saja karena ia tau Agra sudah mengantuk dan cara ini bisa membantu Agra agar tidak tertidur.

Jadi Anggara membiarkan. Tak lama bubur itu habis, Anggara menggendong Agra kemudian mencuci piring bekas Agra untuk ia cuci.

Anggara duduk di sofa, memangku Agra setelah mengambil buah dari kulkas Agra dengan wajah mengantuknya duduk di pangkuan Anggara, memainkan rambut Anggara yang sedang menyuapinya buah, "kunyah Sayang, jangan diemut" Agra beberapa kali nyaris terlelap sebelum Anggara membangunkannya.

Setelah buah di mangkuk habis, Anggara bersiap untuk tidur. Ia mencuci wajah Agra kemudian menggosok giginya, Anggara juga melakukan hal yang sama.

Sampai di kasur, Anggara menaruh Agra di kasur menaruh guling di sekeliling Agra agar anak itu tidak terjatuh, Anggara menidurkan tubuhnya di samping Agra, membuka bajunya kemudian menyodorkan putingnya ke mulut Agra.

Agra menghisapnya pelan sebelum memeluk Anggara. Lenguhan terdengar dari Agra sebelum kemudian terdiam. Dengkuran halus juga terdengar dari Agra.

Anggara tersenyum melihatnya, elusan ia beri di surai Agra. Tangan mungil itu memegang jarinya, tak berniat melepaskannya. Anggara bergumam lagu sebelum ikut tertidur.

Perjalanan hari ini selesai dan saatnya berisitirahat

Ngantuk guis, Saatnya turu karena besok saatnys kembali stress dengan semja tigas

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang