Chapter khusus Valentine

188 20 0
                                    

"Opang~!" Agra berlari mendekati kakek dari Anggara yang memang masih memiliki hubungan dengan Anggara, memeluk kakinya ketika ia tidak bisa menggapai tubuh Opangnya itu. "Bayinya Opang" orang yang dipanggil Opang itu menggendong Agra.

"Mi Princesa~" Agra mendusalkan hidungnya pada hidung Alfaro. "Mi Amor" Agra terkekeh ketika merasakan geli dari ciuman yang ditinggalkan sang Opang.

"Mana Angga?" Agra menunjuk Anggara yang terlihat sedang berbincang dengan Aksara. "Ingin kesana atau bersama Opang?" Agra menunjuk Alfaro. "Oke, bersama Opang kalau begitu" dan akhirnya di pesta itu Alfaro berkeliling membawah Agra sembari beberapa kali berbincang dengan beberapa orang.

"Opang, mau susu por favor?" Alfaro membuka tas kecil milik Agra mendudukkan Agra di salah satu kursi milik keluarga, lalu membuat susu Agra di dalam botol.

Tak lama susu hangat yang baru sudah siap. Agra meraih raih botol susu itu sebelum menyadari sesuatu "por favor Opang ~" Alfaro tersenyum, "aquí tienes, mi princesa" ia memberikannya pada Agra lalu menutup tas Agra "maacih" Alfaro tersenyum "de nada" sebelum kembali menggendongnya dan membawanya berkeliling di pesta.

"Mi Amor ingin kue?" Agra mengangguk. Ia mengulurkan tangan berniat mengambil yang ia inginkan, "hati hati Mi Amor" Alfaro akhirnya mengambilkan kue yang diinginkan Agra.

Membawa Agra beserta kuenya ke kursi khusus Alfaro. Alfaro berlutut, mendudukkan Agra di kursinya lalu menyuapi Agra kuenya. "Enak, Mi Amor?" Agra mengangguk.

Wajah yang sudah berumur itu tetap terlihat tampan, tak terlihat dimakan usia. Wajah yang tajam dan senyuman lembut yang hanya ada jika keberadaan Agra disana.

Dengan sippy cup yang di pegang di jari telunjuk dan piring kue di tangan kiri dan garpu kecil di tangan kanannya. Ia menyeka mulut Agra ketika cream menempel dengan berantakan di sekitaran mulut Agra menggunakan sapu tangan.

"Mau minum, Mi Amor?"

Agra mengangguk, Alfaro menyodorkan sippy cup berisi air putih. Dan Agra langsung menyedot airnya melalui sedotan. Setelah membereskan piring tadi, Agra kembali di gendong oleh Alfaro.

Beberapa jam berlalu, Agra sudah tertidur lelap di pundak Alfaro. Pipinya yang tertekan pundak Alfaro terlihat membuat bibirnya mengerucut lucu. Alfaro mengganti posisi gendongannya menjadi Agra yang tidur bersandarkan dadanya dan kaki anak itu meringkuk.

Alfaro memasukan jari telunjuknya ke mulut Agra, membiarkan cucunya menghisap jarinya. Tak lama Anggara terlihat berlari kearahnya.

"Kakek." Alfaro menatap Anggara, dan tanpa banyak bicara tiba tiba saja tubuh Agra sudah ditutupi selimut dan pacifier sudah menempel di mulut Agra.

"Opang~"

Alfaro menepuk nepuk bokong Agra yang tertutupi popok, membiarkan anak itu kembali tertidur. Tak lama ada beberapa orang yang menghampiri Alfaro.

"TUAN ALFARO!" Agra terlihat bergerak tak nyaman, Alfaro menatap tajam mereka yang membuat Agra terbangun. "Diam kalian semua." Tak lama pesta langsung sunyi.

Agra membuka mata, bergerak gerak mengambilnya tangan Alfaro lalu mencengkram jempol Opangnya. Ia kembali tertidur untungnya. Alfaro akhirnya melirik orang yang tadi memanggilnya. "Kenapa?" Orang itu tergagap ketika ditanya seperti itu.

Akhirnya beberapa pertanyaan diberikan kepadanya. "Sudah? Oke saya akan jawab" beberapa pertanyaan ia jawab dan beberapa lainnya ia lewatkan karena menurutnya terlalu personal jadi ia tak menjawab lebih lanjut.

Alfaro menggendong Agra membawanya ke arah Anggara yang masih sibuk berbincang dengan Aksara. "Gara, tolong gendong Agra dulu. Saya ingin merokok sebentar" Anggara mengangguk. Ia mengambil Agra dari gendongan Alfaro lalu menenangkan Agra ketika Agra bergerak tidak nyaman.

"Euhh... Opang~" Agra menangis beberapa menit kemudian. Tak mendengar dan tak merasakan detak jantung sang Opang. Anggara berjalan keluar dari pesta, menuju balkon yang ada di lantai dua.

"Kakek." Alfaro menoleh, melihat Agra yang menangis keras. "Kenapa Sayangnya Opang?" Alfaro mematikan rokoknya lalu menggendong Agra. Agra yang merasakan bunyi detak jantung Alfaro langsung kembali tenang.

Alfaro menghela nafas lega, ia membenarkan gendongan Agra lalu kembali menatap bulan yang cerah dan tak tertutupi awan.

Ia meminum wine nya lalu kembali duduk di kursi yang memang di sediakan. Menepuk nepuk punggung Agra sembari bergumam lagu yang ia ingat dari masa lalunya bernyanyi kepada Anggara.

Tubuh dengan postur yang sempurna itu terlihat menggendong Agra menggunakan kain, menepuk nepuk bokong Agra.

Orang orang yang melihat tentu iri.

Acara akhirnya selesai, Anggara mendekati Alfaro berniat menggendong Agra. Namun dilarang Alfaro, pria itu tidak ingin berpisah dari sang cucu.

"Apa Agra boleh saya bawa pulang?" Anggara menggeleng. "Tidak boleh, besok Agra akan sekolah" Alfaro berdecak.

"Baiklah, tapi jika hari libur saya akan mengambil Agra lagi." Anggara mengangguk. Ia mengambil alih gendongan Agra dari sang kakek.

Membungkuk sedikit lalu berbalik badan dan berjalan menjauh. Aksara yang menunggu di pintu utama ikut membungkuk sedikit ketika melihat Alfaro.

Dan mobil keduanya pun terlihat menjauh. Alfaro menyalakan nikotinnya, menghisapnya lalu menghembuskannya.

Mansionnya kembali sunyi.

HAI GES WALO AGAK TELAT LAH YA HADIAH VALENTINENYA SEKARANG ASA NAMBAH KARAKTER BARU GES

Asa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang