Warning!!!
Mention kata kata kasar dan merendahkan
"Apa lagi yang kalian lakukan kali ini, nak Agra, Arson dan Gelang?" Mereka bertiga hanya sibuk berbincang di ruangan kepala sekolah yang terasa mencekam.
"Kalian tidak tau saya siapa?!" Mereka bertiga hanya melirik orang yang baru saja berteriak itu lalu kembali fokus pada perbincangan mereka yang terpotong.
Bahkan beberapa kali Agra dan Arson tertawa karena bercandaan Gelang yang beberapa kali terdengar asbun karena balasan dari Agra.
Tak lama pintu terbuka, menampilkan Anggara yang terengah-engah. "Anak nakal. Kalian ngapain lagi, hah?" Anggara main main menarik telinga mereka bertiga.
Dibalas kekehan tentu saja.
"Tuan Anggara! Saya tidak terima anak saya dipukuli seperti ini oleh tiga anak pungut anda!" Anggara melirik sebentar sebelum kembali bercanda dengan ketiga anaknya.
"T-tuan Anggara! Anda harus membayarnya! Wajah anak saya babak belur seperti ini karena anak pungut tidak tau diri milik anda!" Anggara melirik sekilas.
"Siapa anda mengatakan putra putra saya anak pungut?"
Orang itu tersentak sebelum kembali membalas "i-iya! Mereka anak pungut kan? Secara anda masih lajang!" Anggara menyeringai.
"Hum? Siapa bilang aku lajang?"
Well, he doesn't know if he still count as 'lajang' or not because he's not even a virgin, of course he already touch that cursed world like a night club and do something the world hated, with Aksara of course.
Tentu semua itu hanya ada di pikirannya, tidak mungkin ia jujur. Bisa bisa diamuk Agra.
Orang di hadapannya terlihat terkejut, bahkan mulutnya menganga lebar. "Gitu doang kan? Yaudah yuk balik" orang itu kembali tersadar dari rasa terkejutnya. "Tidak bisa begitu!! Anak anda harus tanggung jawab!" Anggara menatap wajah anak yang menatap Agra penuh kebencian.
"Lebih parah luka anak saya apa anak anda?" Yah, wajah anak itu hanya memiliki satu memar yang mulai berwarna ungu, berbeda dengan Agra, dahinya dialiri darah membasahi mata kanannya dan masih terus menetes hingga membasahi seragam putihnya.
"Tapi jika kalian mau, nih" Anggara melemparkan koper hitam berisi uang pada mereka lalu berlari menarik ketiganya. "Angga, emang gak papa duitnya dipake buat itu?" Anggara terkekeh "cuma dua puluh ribu kok, lagian es batu cuma seribu-dua ribu miskin amat beli es batu doang kagak bisa" tak lama suara teriakan terdengar.
Mereka berempat berlari semakin cepat dengan suara tertawa yang menggema. Sampai di mobil, Anggara langsung mengambil kotak p3k untuk membersihkan darah Agra.
"Sayang, masih bisa melihat?" Agra mengangguk, ia memejamkan mata kanannya agar Anggara bisa membersihkan darahnya. "Tahan ya," Agra mengangguk.
"Yok ke RS" mobil pun keluar dari pekarangan sekolah, Anggara menyetir mobilnya hingga sampai di RS terdekat. Tak lama mereka sampai, Anggara membukakan pintu untuk ketiga anaknya.
Agra keluar dengan kapas ditetesi Betadine tertempel di dahinya. Mata kirinya lemah untuk melihat, ia benar benar tidak bisa melihat dengan jelas.
Tubuhnya dipapah Arson dan Gelang. Anggara masuk lebih dulu mencari dokter. Dokter yang dicari datang membawa ranjang pesakitan sembari terengah-engah akibat berlari.
Agra dibantu duduk di ranjang pesakitan oleh Anggara, sebelum dibawa ke ruang operasi. Tak lama dokter keluar untuk memberitahukan operasinya selesai.
Anggara masuk menatap Agra yang sedang bermain ponselnya, tidak memperdulikan bajunya yang terlihat seperti ia habis di aniaya. "Sayang, Adek, kamu gimana kisah bisa ampe begitu, hm?" Agra merengut.
"Dia duluan! Dia ambil permen yang dikasih Angga, terus ngata ngatain Angga cocoknya dibawah kaki dia sambil nyepongin dia!" Anggara tertawa "yaelah, Angga kan pernahnya begitu sama Asa" Anggara bisa merasakan enam tatapan tajam melubangi punggungnya.
"Shh, lagian udah lama juga itu kejadian. Kalian aja belum ada" Agra mendengus. Tubuhnya tiba tiba lemas dan langsung terjatuh ke pelukan Anggara.
"Nggara~!" Asa terbangun, ia memeluk manja Anggara yang hanya membalasnya dengan elusan di kepala. "Hehe, baik banget sayangkuuuu" tak lama umpatan terdengar dari mulut Anggara.
"Anj*Ng, g*bl*k setan!" Pundak Agra beberapa kali dipukul karena Aksara yang mencubit putingnya. "Aduh! Sakit Nggara~!" Anggara melepas paksa pelukannya "salah sendiri!"
Perjalanan hari ini selesai dan saatnya beristirahat
Jujurly, susah banget anjir ngambil hp ku dari Leon. Dia beneran teliti anjir, apalagi kalo hp ku pindah posisi dikit aja dia langsung nyadar aku habis make, dan ini juga aku update sembunyi sembunyi lol, dah ah takut ketauan Leon
![](https://img.wattpad.com/cover/347466940-288-k967403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa
RandomBapak anak tapi panggilannya Abang Adek Notes: Nggak suka silahkan pergi, lebih baik habiskan waktu dengan yg lebih penting daripada ngetik hal jahat disini. BL tipis tipis (bukan incest) suka ada AU tiba tiba, lupa ngomong AU nya suka nyambung sam...