V

2.1K 60 0
                                    

"Asa!! Bantu!!" Asa bisa mendengar teriakan Agra sebenarnya, namun Anggara sudah lebih dulu membujuknya.

Agra ada pemeriksaan 1 jam lagi, dan ia malah berlari dari Anggara karena tidak mau di bawa.

"Asa GK bakal dengerin kamu, Abang udah bujuk dia!" Teriak Anggara sembari mengejar Agra, Agra berhenti lalu duduk dilantai.

"Huweeeee, Asa jahatttt" Anggara tak menghabiskan waktu, ia lalu menggendong paksa Agra.

"Abang!!" 2 maid yg ada dirumah Anggara pun terbengong melihat kelakuan Agra dihadapan Anggara.

Agra dibawa ke mobil setelah berhasil ditangkap Anggara. Ia masih terus menangis bahkan menendang kaki Anggara agar diturunkan, "iya, tau. Bentar aja kok" Agra dipakaikan popok agar ia tidak membasahi brankar rumah sakit nanti.

Jika sedang diperiksa pasti Agra akan terus pipis saking takutnya. "Udah Agra, nanti sakit tenggorokannya" Agra berkali kali batuk karena ia terus menangis.

Dari awal mereka sampai di rumah sakit sampai masuk ke dalam ruangannya pun Agra tetap menangis, Anggara memangkunya selama pemeriksaan sembari terus mengelus punggungnya.

Nafasnya sudah tidak beraturan, namun Agra tetap tak mau berhenti. "Iya, udah selesai kok pemeriksaannya, kita tinggal bayar obat terus pulang."

Agra lemas, ia bahkan hanya bisa memeluk leher Anggara saking lemasnya. Wajahnya sudah memerah, ia hanya tinggal tertidur.

"Ughhh pulang!! Hiks pulang Huweeeeee" setelah membeli obat, Anggara langsung berlari ke mobil karena Agra yg menunjukkan tanda ia akan tantrum sementara.

Kakinya ditendang tendang oleh Agra lagi, Anggara hanya bisa sabar jika sedang seperti ini.

Ia memangku Agra lalu mulai bergerak kekanan dan kekiri di kursi pengemudi, ia juga menyetel lagu untuk Agra tidur.

"Nggak mau, Papa!" Begitu Agra ingin ditidurkan di kursi belakang, ia memeluk leher Anggara erat.

Agra jarang memanggilnya Papa karena ia takut dengan sosok Ayah sebelum Anggara. Dan yah, walaupun Anggara itu Ayahnya secara sah, Agra tetap memanggilnya Abang karena menurutnya Anggara terlalu muda untuk dipanggil seperti itu dan ia yg takut dengan sosok Ayahnya dulu.

Anggara menghela nafas lalu kembali memangku Agra lalu mulai menjalankan mobil setelah Agra sudah kembali tidur.

"Asa. Jagain Agra, ya?"

Anggara dapat merasakan Agra mengangguk, ia tau itu pasti Asa namun tubuh Agra yg sedang tidur tidak bisa dikuasai sepenuhnya oleh Asa hingga Asa hanya bisa mengangguk dan menggeleng.

Anggara kembali mengelus punggung Agra yg naik turun secara teratur walau Agra masih mencengkram kemejanya.

Anggara membuka kemejanya lalu mengarahkan mulut Agra agar menyedot putingnya.

Pagar rumahnya terbuka lebar, ia lalu masuk menggunakan mobilnya. Ia keluar dengan menggendong Agra,

Anggara menidurkan tubuh Agra lalu menutup bajunya, ia membuka baju Agra lalu memakaikan popok, ia juga mengganti baju Agra.

Ia ikut tertidur dengan Agra yg sudah masuk ke dalam alam mimpi, mulut Agra sudah diisi dengan dot botol berisi susunya, Asa juga sudah tak terdengar, ia mungkin sudah tidur.

Perjalanan hari ini selesai dan saatnya beristirahat

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang