XXI

230 23 0
                                    

Satu hal yang Anggara sadari semenjak terakhir kali Agra tertidur panjang adalah posisi tidurnya. Anak itu adalah tipe orang yang jika tidur tidak rusuh dan grasak grusuk.

Ia adalah orang yang kalem jika sedang tidur, tapi entah mengapa Anggara baru menyadari jika posisi anak itu semakin unik dari hari ke hari.

Bahkan beberapa kali Anggara menangkap Agra sudah terjatuh dari kasur. Anggara adalah orang lightsleeper berbeda dengan Agra yang seorang heavysleeper. (Heavysleeper: orang yang susah bangun, lightsleeper: orang yang mudah terbangun)

Anggara membuka mata, melirik sampingnya yang masih ada Agra tertidur dengan posisi meringkuk, mirip seperti kucing.

Anggara menaikkan suhu pendingin ruangan, lalu memeluk tubuh anaknya yang terasa dingin walau telah dibungkus selimut tebal.

Anak itu demam dari kemarin, membuat Anggara sangat khawatir, apalagi kemarin anak itu sempat kejang kejang.

Membuat Anggara langsung mengambil kunci mobil membawa anak itu kerumah sakit.

Anggara menyandarkan tubuhnya ke headboard kasur. Mengangkat tubuh anak itu hingga menimpa tubuhnya yang ada di bawah.

Ia mengeluarkan kepala anak itu dari dalam bungkusan selimut, mengelus dahinya yang basah akan keringat.

Menatap wajah memerah dengan dahi yang ditempel bye-bye fever. Anggara mengecup dahi anak itu, lalu kembali mengelus punggungnya ketika Agra bergerak tidak nyaman.

Anggara melirik jam di dinding. Jam 1:25, Anggara mencoba untuk kembali tidur, namun tidak bisa. Ia melirik jam lagi, 2:57.

Anggara menghela nafas lelah, ia mengambil ponselnya lalu mengecek apakah ada berkas baru dari Lynx.

Email miliknya kosong, sepertinya Lynx belum mengirim jadwal dan berkas yang baru. Anggara menaruh kembali ponselnya lalu menaruh Agra di kasur.

Ia bangkit lalu berjalan menuju dapur, pintu ia buka perlahan, tak ingin membangunkan anaknya. Anggara sampai di dapur.

Ia membuka laci bagian atas lalu mengambil kopi bubuk, ia menyeduh kopinya di gelas yang lumayan besar lalu menambahkan es batu dan caramel sedikit.

Ia mengambil laptop miliknya, lalu memilih untuk menonton film di ruang tengah. Anggara meluruskan kakinya yang panjang lalu menaruh laptop di pahanya.

3:40.

Pintu terbuka secara perlahan, Anggara yang memang sedang fokus tidak mendengarnya. Ia mengulurkan tangan berniat mengambil kopinya. Tapi justru malah sesuatu yang lain yang ia pegang.

"Astaga!" Anggara langsung menarik kembali tangannya, Agra yang berada di sana langsung terkejut.

Ia kembali menangis. Anggara panik, ia menaruh laptopnya lalu memeluk Agra. Mencoba menenangkan anak itu dan hatinya.

15 menit Agra akhirnya tenang, dengan coklat hangat di genggaman tangannya. Anggara akhirnya memainkan kartun di laptopnya, tak ingin Agra memiliki mimpi buruk dari film horor yang ia mainkan tadi.

Ia mengelus kepala Agra, menatapnya tulus lalu kembali fokus pada tontonannya, jika tidak pasti anak itu mengamuk.

Masih dengan Leon di sini, kondisi Nao untuk saat ini sudah membaik, bahkan ia sudah bisa membangkang dan mungkin besok ia sudah memegang ponsel dan akunnya lagi.

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang