XVI

1.1K 48 6
                                    

Anggara ingin tertawa melihat Asa menangis sembari sembunyi dibelakang tubuhnya, tapi ia mengingat jika ini yang dilalui Agra tiap harinya.

"Jangan menyalahkan anak Saya, Anak saya korban disini."

Ibu itu terdiam, ia terkejut seorang Arbeid Anggara Diasa melindungi anak itu, "saya kira anda sudah tentang tau anak saya" Anggara mengelus rambut Asa lalu menatap Lynx.

Lynx memberi flashdisk yang ia bawa lalu ia berikan pada Anggara, "semua bukti kejahatan anakmu ada disini" Anggara menggendong Asa kemudian dibawa ke ruang kepala sekolah.

"Ver, lu kok bisa sih nerima bocah kek gini. Kasian anak gw!" Ver terkejut, "hah?" Flashdisk itu Anggara lemparkan hingga tepat mengenai dahi Ver.

"Anjing..."

Ver memasukkan flashdisk itu ke laptopnya dan mengirim file itu ke seluruh angkatan, "Anak ibu dikeluarkan." Setelah banyaknya waktu yang akhirnya anak itu dikeluarkan.

"Kalian tidak adil! Tuan Anggara itu teman anda! Tidak mungkin! Anak saya tidak salah!!"

Ver yang masih merasa sakit kepala langsung memanggil beberapa murid korban perundungan anak itu, ada 10+ orang lebih memasuki ruangan kepala sekolah.

"Baik, ada semuanya dan lengkap" nadanya yang terdengar seperti bernyanyi itu membuat kesal orang tua anak itu. "Tunggu saja! Akan kubalas!" Ver melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar "kutunggu~"

Setelah semua orang pergi dari ruangannya, Ver meminta Anggara untuk menutupi telinga Agra "KOMTOL!!" Beberapa umpatan terdengar keluar dari mulut Ver.

Anggara hanya tertawa sembari melihat Agra yang kebingungan, semenjak tadi Asa sudah bertukar kembali dengan Agra karena permintaan anak itu sendiri.

Agra menatap Anggara bingung, menatap Abangnya yang terus tertawa karena Ver.

Cukup lama, akhirnya mereka pulang. Agra duduk dipangkuan Anggara sembari memainkan jarinya dengan Agra yang terus bercerita tentang kejadian hari ini.

Dimulai dari ia yang memakan bekal yang Anggara buatkan untuknya, ujian yang membuatnya pusing, dan masih banyak lagi.

Hingga akhirnya Agra terdiam karena sudah lelah, ia tertidur dengan puting Anggara yang ia hisap dimulutnya. Kemungkinan mereka sampai ke rumah jam 1. Mengingat Anggara memilih jalur yang lebih panjang dari jalur yang biasa mereka lewati.

Mendengarkan Agra bercerita itu seperti wangi buku dengan kertas yang menguning karena candu. Dan Anggara benar benar tidak bisa berhenti mendengarkan Agra bercerita.

Anggara mencium dahi Agra lalu kembali fokus menyetir.

Perjalanan hari ini selesai dan saatnya beristirahat

Udah ya tsay, dah pegel update

Monggo yang tadi nagih aku

Oh iya, kalo aku gak update lama tanyain FiakhiraFranzix, kalo akunnya banyak update buku berarti aku bantuin dia lagi.

Asa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang