49. Arsen merasa chenle sgt aneh

374 54 3
                                    

Ji-Sung sudah terlelap, napasnya tenang di bawah selimut hangat. Arsen menatapnya sebentar sebelum beralih pada Chenle yang masih duduk di tepi tempat tidur, terlihat berpikir.

"Ayo pulang," ajak Arsen. "Baba baru saja menelepon, dia ingin kita makan malam bersama."

Chenle tersenyum kecil, tapi gelengan kepalanya membuat Arsen mengernyit.

"Aku tidak bisa," jawab Chenle. "Aku harus menjaga Ji-Sung. Mungkin lain kali aku akan ikut. Sampaikan salamku pada Baba."

Arsen menatapnya beberapa saat, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya ia hanya mengangguk.

"Baiklah. Jangan tidur terlalu malam."

Setelah Arsen pergi, ruangan itu kembali sunyi. Sungchan yang sejak tadi diam akhirnya bersuara.

"Kenapa kau tidak ikut saja? Bukankah Renjun juga ingin bertemu denganmu?"

Chenle menunduk, tangannya meremas ujung selimut Ji-Sung. "Aku tidak bisa pergi sekarang."

Sungchan masih belum mengerti, tapi sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, Chenle sudah berdiri.

"Bisakah kau menjaga Ji-Sung sebentar? Aku ingin pergi ke toko."

Sungchan menatapnya curiga. "Apa yang mau kau beli?"

Chenle tersenyum samar. "Hanya beberapa barang yang aku butuhkan."

Sungchan akhirnya mengangguk. "Jangan terlalu lama."

Chenle mengucapkan terima kasih, lalu pergi dengan langkah cepat.

---

Namun, bukan ke toko yang ia tuju.

Di sudut jalan yang remang, seorang pria bersandar di tiang lampu, menunggunya. Polisi yang tadi siang bertemu dengan Jeno dan Yuta.

Chenle berhenti di hadapannya, lalu tanpa bicara, menyerahkan sebuah amplop coklat tebal.

"Jangan katakan pada siapa pun bahwa aku yang memberikan rekaman itu."

Polisi itu membuka amplopnya sedikit, melihat isi uang tunai di dalamnya, lalu tersenyum miring.

"Apa kau yakin hanya itu yang ingin kau sembunyikan?" tanyanya, suaranya terdengar penuh arti.

Chenle menatapnya tajam. "Hanya itu. Jangan tanya lebih jauh."

Pria itu terkekeh kecil sebelum akhirnya pergi, meninggalkan Chenle berdiri sendirian di bawah cahaya lampu jalan.

Chenle menatap langit, menghela napas panjang. Ada sesuatu yang terasa berat di dadanya.

"Maaf..." bisiknya pelan.

Entah pada siapa kata itu ia tujukan. Namun ia tahu pasti, semuanya ia lakukan demi satu hal agar Arsen tidak semakin terseret dalam masalah yang lebih dalam.

.

.
Setelah sampai di rumah, Arsen langsung disambut oleh aroma makanan yang menggoda. Meja makan sudah penuh dengan berbagai hidangan lezat, dan di sana sudah ada Kai, Sehun, Doyoung, Kun, serta Renjun yang menunggu. Dengan langkah santai, Arsen berjalan mendekati meja makan.

Renjun menatapnya penuh harap. "Chenle tidak datang?" tanyanya lembut.

Arsen menghela napas sebelum menjawab, "Dia masih sibuk dengan pekerjaannya, jadi tidak bisa ikut hari ini."

Raut wajah Renjun seketika meredup, namun Arsen segera menambahkan, "Lain kali dia pasti ikut makan bersama kita, tenang saja, Baba."

Renjun tersenyum kecil, berusaha menerima jawaban itu.

Duri FaktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang