48.

478 70 8
                                        

Setelah berbincang singkat dengan Changbin, Felix memutuskan untuk keluar sebentar. Ia ingin menemui dua sahabatnya, Chenle dan Jake. Tapi sebelum melangkah lebih jauh, satu hal masih harus ia lakukan—meminta izin pada Lee Know. Dan di sinilah letak kesulitannya saat ini.

“Ada apa, Lix?” tanya Lee Know sambil menutup bukunya dan menatap ke arah Felix dengan lembut.

Felix menggigit bibir bawahnya, sedikit ragu. “Boleh aku pergi keluar?”

Lee Know mengernyit. “Ke mana?”

“Menemui Jake dan Chenle,” jawab Felix pelan.

Lee Know melirik ke arah jendela di kamarnya. Langit kelabu menggantung berat di atas sana. “Hmm… cuaca di luar sedang mendung. Sepertinya akan turun hujan lebat. Dalam kondisi seperti ini, lebih baik kamu tidak ke mana-mana, Lix,” ujarnya lembut, tapi tegas.

Felix ikut memandang ke luar. Kata-kata Lee Know memang masuk akal. Kalau dia nekat pergi, dia bisa kehujanan dan jatuh sakit. Dan saat ini, dia benar-benar tak bisa mengambil risiko itu.

Dengan napas panjang yang ia hembuskan perlahan, Felix mengangguk pasrah. “Baiklah. Aku akan menemui mereka besok saja.”

“Kalau begitu, aku ke kamar dulu, ya? Maaf sudah mengganggu waktumu,” ucap Felix, merasa sedikit tidak enak.

Lee Know tersenyum tipis dan mengangguk. Tatapannya mengikuti punggung Felix hingga ia menghilang di balik pintu.

-🦀-

Karena tak mendapat izin untuk keluar, Felix akhirnya duduk sendirian di ruang tengah. Ia memeluk bantal sofa sambil menonton televisi, dengan tumpukan camilan di pangkuannya dan sekotak susu stroberi kesayangannya dalam genggaman.

Namun meski sudah berusaha menghibur diri, perasaannya tetap kosong. Hari ini terasa aneh. Harusnya ia merasa lega setelah mendengar keputusan pengadilan soal Haerin dan Hyein tadi, tapi kenyataannya… tidak semudah itu.

Helaan napas panjang keluar lagi dari bibirnya.

Felix menengok ke atas, ke arah deretan kamar di lantai dua. Tatapannya tertuju pada satu pintu yang berada tak jauh dari kamarnya.

Dengan raut wajah murung yang entah kenapa tetap terlihat menggemaskan, Felix berdiri. Ia meletakkan semua camilan di meja, hanya membawa susu stroberinya. Langkah kakinya pelan tapi pasti menuju tangga.

Alih-alih kembali ke kamarnya, ia justru berhenti di depan pintu yang tadi ia pandangi.

Tok. Tok. Tok.

Beberapa ketukan kemudian, pintu terbuka.

“Felix? Ada apa?” tanya Han, sedikit terkejut melihat tamu tak terduga di depan kamarnya.

Felix tidak menjawab. Ia hanya menyeruput susu stroberinya dan langsung melangkah masuk, melewati Han begitu saja.

Han menoleh, bingung, lalu menutup pintu dan mengikuti Felix.

“Aku bosan,” kata Felix datar, sambil meletakkan susu di meja. Ia lalu naik ke ranjang Han dan berbaring begitu saja, menyelimuti tubuhnya sendiri dan mulai mencari posisi nyaman.

Han masih diam, tak sempat menegur. Bahkan sebaliknya, ia hanya berdiri bengong melihat tingkah Felix yang mendadak seperti anak kecil.

Felix merentangkan tangan ke arah Han. “Cuddle~” pintanya dengan nada manja, kontras dengan suara dalamnya yang biasanya terdengar sangat seksi.

Han memerjap. Matanya membulat. Apa barusan dia minta dipeluk?

“Han?” panggil Felix lagi.

“Huh?” Han gelagapan.

𝐊𝐈𝐓𝐓𝐄𝐍 𝟐 ➣𝗢𝗡𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚✎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang