49.

478 72 10
                                        

Felix melirik ke arah jam di pergelangan tangan Jeongin. Sudah pukul setengah sebelas malam, dan mereka masih berkeliaran di luar hanya untuk mencari seekor kelapa muda? Yang benar saja!

"Jeongin, sebaiknya kita lanjutkan besok saja ya? Kalau nyarinya malam begini, gak bakal dapat, tau?" Celoteh Felix, suaranya terdengar jengah meskipun ada sedikit nada geli yang terkandung di dalamnya.

Jeongin meliriknya sekilas, namun tidak mengalihkan pandangannya dari jalan yang ia lalui. Mobil mereka terus melaju pelan, menyusuri jalanan yang tak terlalu ramai, cahaya lampu jalan menggantung di udara malam yang sejuk.

"Kita masih bisa pergi ke supermarket dekat pantai, pasti di sana ada," jawab Jeongin dengan yakin, suaranya tenang, seolah tidak peduli dengan waktu yang sudah larut.

Felix mendengus dan menatapnya, mengernyitkan dahi, "Sebegitu inginnya kamu sama kelapa muda sampai harus ke pantai tengah malam begini, huh?" Ia berbicara pelan, seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

Jeongin hanya mengangguk lemah, ekspresinya berubah seolah tak ingin lagi berbicara banyak. "Membayangkannya saja sudah membuatku kesulitan menahannya," ucapnya pelan, sedikit malu, namun Felix bisa merasakan betapa sungguh-sungguhnya keinginannya.

Felix menarik nafas dalam-dalam, mendengus pasrah. Walaupun ia agak bingung dengan obsesi Jeongin terhadap kelapa muda, ia memutuskan untuk mengikutinya, meskipun itu artinya mereka harus berkendara di tengah malam yang sepi, hanya untuk sebuah kelapa muda.

Tak lama kemudian, mereka pun tiba di sebuah supermarket yang terletak di area pantai. Tempat ini sering dikunjungi wisatawan, dan malam itu, meskipun jam sudah menunjukkan pukul sebelas, masih ada beberapa orang yang berkeliaran.

Jeongin segera keluar dari mobilnya dan berjalan cepat ke arah pintu supermarket. Felix mengikuti dari belakang, sedikit terengah karena harus menyesuaikan langkah dengan Jeongin yang penuh semangat.

Mereka langsung menuju bagian buah-buahan, jejeran buah-buahan segar terlihat menggoda. Jeongin berjalan dengan hati-hati, matanya berkeliling dengan penuh harapan. Setiap langkahnya penuh ekspektasi, seolah buah kelapa muda itu bisa saja muncul begitu saja di depan matanya. Felix, yang mengikuti di belakang, memperhatikan reaksi Jeongin. Ia bisa melihat kecemasan yang mulai muncul di wajahnya. Setiap kali Jeongin melihat buah lain, matanya sedikit kecewa.

"Kalau gak ada, gimana?" tanya Felix hati-hati, berusaha mengalihkan perhatian Jeongin.

Jeongin tidak menjawab. Matanya terus mencari-cari, menyisir setiap bagian rak yang ada, hingga akhirnya ia berhenti di satu tempat dan menghela napas panjang. Buah kelapa muda yang diinginkannya tidak ada juga.

Felix bisa melihat dengan jelas bagaimana raut kekecewaan mulai menguasai wajah Jeongin. Ia tidak bisa mengabaikan ekspresi itu. Mungkin kelapa muda itu bukan hanya sekadar buah bagi Jeongin—itu lebih seperti sebuah harapan yang ingin ia capai. Namun kali ini, harapan itu harus pupus.

Dengan perasaan hampa, Jeongin berbalik dan berjalan keluar dari supermarket tanpa sepatah kata pun. Felix mengikutinya, merasa bingung dan tak tega melihat keadaan Jeongin.

Di dalam mobil, suasana menjadi canggung. Keheningan menguar begitu saja di antara mereka, seolah suara mesin mobil yang berderu adalah satu-satunya yang terdengar. Jeongin tidak mengucapkan sepatah kata pun. Felix bisa merasakan kekecewaan yang mendalam dari pria itu, dan itu membuatnya merasa tidak enak. Ia bahkan merasa ingin menangis melihatnya begitu.

Akhirnya, untuk mencoba mencairkan suasana, Felix memutuskan untuk berbicara. "Em... Jeong, boleh aku pinjam ponselmu sebentar? Aku ingin menghubungi orang rumah," ucap Felix, suaranya agak ragu.

𝐊𝐈𝐓𝐓𝐄𝐍 𝟐 ➣𝗢𝗡𝗚𝗢𝗜𝗡𝗚✎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang