Chapter [1]

361K 13.6K 449
                                    

Copyright© 2015 by : PoppiPertiwi

==HandsomeBoy==

"Kamu harus bisa meningkatkan cara belajar kamu. Ibu harap kamu ikut tes untuk mencari kelas unggulan supaya beasiswa kamu tidak di cabut oleh pihak sekolah. Terus terang saja, ibu tidak bisa membantu kamu lagi karena ibu akan di pindah tugas ke luar kota. Ibu harap kamu bikin keputusan yang terbaik," ucap guru wali kelas Poppy.

Poppy menghela nafas panjang. Sungguh dia tidak menduga akan jadi seperti ini. Beasiswanya akan terancam di cabut dan dia harus mempertahankan beasiswanya kalau tetap ingin bersekolah di sini. Dia tersenyum kepada wali kelasnya--Bu Yohana.

"Baik Bu, saya akan ikut tes untuk mencari kelas unggulan. Terima kasih karena sudah membantu saya selama ini. Saya permisi dulu, Bu" ucapnya dengan senyuman sopan. Bu Yohana mengangguk, meski dia tau bahwa Poppy--anak didiknya adalah anak yang pintar tetapi ia hanya kekurangan dari segi materi.

Poppy keluar ruang guru dengan langkah gontai. Disepanjang jalan di koridoor sekolahnya dia terus-terusan memikirkan perkataan wali kelasnya tadi. Dia berhenti di depan kelas unggulan XII IPA-1 dan kembali menghela nafas.

"Okey, Poppy. Kamu bisa dapet kelas ini." ucap Poppy di dalam hatinya.

"Py! Poppy!" teriakan itu membuat Poppy menoleh dan tersenyum masam. Jono--sahabat dekat Poppy memperhatikan sahabatnya dengan seksama. Dia tau ada masalah terhadap Poppy, karena Jono sudah hafal bagaimana tabiat Poppy.

"Kenapa deh sama muka kamu?" tanya Jono, "Kusut banget," ucapnya lagi. Poppy hanya menatapnya dengan senyum masam dan menunjuk kelas di sebelahnya. Jono mengernyitkan dahinya memperhatikan Poppy yang terlihat sangat lesu.

"Aku harus dapet kelas ini, Jo. Kalau aku gak dapet kelas ini, beasiswa aku bakalan di cabut sama pihak sekolah." ucap Poppy lesu membuat Jono meredupkan raut wajahnya. Jono adalah sahabat Poppy semenjak ia masuk ke Heberd school--sekolah mereka yang terkenal sekolah paling elit dan sangat bergengsi di dunia pendidikan.

Meskipun Jono anaknya sangat cupu dengan kacamata bermodel kuno besar dan rambut bergaya mangkok serta kerah baju yang terkancing rapi dengan dasi yang panjang, tetapi Poppy tidak pandang buluh. Dia berteman dengan Jono, apa adanya, tanpa ada paksaan sedikitpun dan Poppy juga bukan tipe pemilih-milih teman. Dia anaknya sangat friendly dan baik hati.

"Yah, kita gak bisa sekelas lagi dong?" tanya Jono membuat Poppy mengangguk pelan dengan wajah super lesu.

"Iya, Jo." ucap Poppy, "Apalagi di kelas ini anak-anaknya semua pada punya. Kalau aku? Aku gak punya apa-apa." ucap Poppy lesu.

Jono tersenyum melihat Poppy. Jono tau kalau yang Poppy butuhkan sekarang adalah semangat darinya. Bukan keegosinyannya, yang ingin satu kelas dengan Poppy, "Kamu pasti bisa dapet kelas ini. Meskipun kita orang gak punya, tapi kamu punya otak yang cerdas. Gunain itu dengan baik," ucap Jono sambil menepuk pundak Poppy.

Poppy menghela nafas dan mengangguk, "Iya, aku harap bisa begitu dan semoga aja aku beruntung." ucap Poppy dengan memandang kelas di sebelahnya. Jono mengangguk dengan senyum simpulnya. Poppy harus mendapatkan kelas itu, agar beasiswanya tidak di cabut. Harus.

***

Poppy membawa semua buku-buku di tangannya sambil memperhatikan ponselnya. Dia belajar dari Perpus tadi dan di beberapa situs di internet yang mempermudah caranya untuk belajar. Untung di sekolahnya ada wifi gratis jadi dia tidak perlu repot-repot untuk mengisikan ponselnya pulsa.

DRUDUG

"Aduh, aduh... maaf ya. Gak sengaja." ucap Poppy. Dia mengambil ponselnya yang jatuh di bawah. Dia memperhatikannya dan menghela nafas kecewa. Layar ponselnya pecah, Poppy bahkan ingin memarahi orang yang ada di depannya tetapi dia tidak bisa. Karena di sini, dirinya lah yang salah karena berjalan tidak memperhatikan keadaan.

Handsome BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang