Perempuan itu rumit. Lebih rumit daripada rumus Matematika dan Fisika. Mengerti apa yang mereka mau itu susah. Butuh kesabaran ekstra untuk tau apa yang mereka maksudkan. Kadang mereka mudah bekata 'nggak pa-pa' padahal itu mengandung banyak arti. Bisa jadi 'ada apa-apa atau kecewa' bisa jadi juga pembohongan yang sering dilakukan kaum hawa pada laki-laki. Definisi itu baru saja Arjuna buat dalam kepalanya. Untuk tau apa yang Poppy pikirkan itu tidak gampang. Ia harus berkali-kali bertanya, mengamati dan mendengarkan. Arjuna pun tanpa sadar hari ini terlalu cerewet padahal sejak dulu, ia tidak pernah begini.
Cuman Poppy yang bisa membuatnya seperti sekarang.
Poppy diam seperti ini membuat Arjuna jadi uring-uringan.
Saat ini mereka sedang berjalan di koridor berdua. Setelah makan tadi, Poppy lebih banyak diam. Tidak membantah dan juga tidak banyak melakukan pergerakan.
"Duduk dulu gimana?" tawar Arjuna membuat Poppy menggeleng.
"Yakin gak mau duduk dulu?"
Poppy hanya diam. "Mau duduk di mana emang?"
"Di sana, gimana?"
Poppy melihat sebuah bangku. Poppy ingat ia pernah duduk di sana dengan Arjuna. Pada saat itu, Arjuna menggunakan baju karate.
Anggukan kepala didapat Arjuna dari Poppy yang membuat laki-laki itu mengajak Poppy untuk duduk di sana.
"Kamu kenapa diem aja?"
Poppy hanya menggeleng selama dua kali.
"Masih pusing?"
Tidak ada balasan.
Sebenarnya Poppy hanya kepikiran. Bagaimana kalau ini hanya sesaat? Poppy sudah sangat-amat bergantung dengan Arjuna sampai-sampai ia lupa kalau mereka hanya sebatas pacaran. Bisa saja besok atau besoknya lagi mereka tidak sejalan. Atau bisa jadi, salah satu dari mereka bosan dan memilih pergi.
Belum lagi masalah teman-teman perempuan yang dekat dengan Arjuna. Kadang Poppy merasa minder. Kadang juga ia meresa tidak pantas. Arjuna bisa memilih yang lebih baik darinya. Yang lebih berkelas. Yang lebih pintar bergaya daripada cewek seperti Poppy yang tidak punya apa-apa. Apa yang bisa Poppy berikan pada Arjuna? Tidak ada. Kadang hal itu menyiksanya. Perbedaan yang terlalu tinggi itu membuat Poppy takut sadar dan jatuh karena kalau bukan dengan Arjuna, siapa lagi yang akan rela seperti ini untuknya?
Rela bolos ulangan dan menemaninya seperti ini?
Cuman Arjuna yang bisa.
Arjuna menyenderkan badannya ke belakang hingga punggungnya yang lebar sedikit terelaksasi begitu menyentuh bagian kepala bangku namun kedua mata tegasnya tak lepas dari Poppy. Tidak ada lagi obrolan. Hanya diam yang mengikat keduanya. Suasana sekolah masih sama. Masih terdengar suara murid-murid yang sedang ribut di dalam kelas. Sayup-sayup terdengar suara kuku-kuku beradu membuat Arjuna menaikan sebelah alisnya melihat Poppy yang tampak gelisah karena dipandangi terus-menerus olehnya. Perempuan ini masih sama. Masih menjadi Poppy yang apa adanya; natural. Masih menjadi Poppy yang selalu membuatnya kepikiran. Masih menjadi Poppy yang selalu membuatnya tersenyum. Kadang, kalau Arjuna menyendiri ia suka membayangkan perempuan yang ada di sampingnya ini.
"Kamu sama Abel...." Poppy berhenti sejenak. Takut Arjuna marah kepadanya kalau membahas hal ini.
"Kenapa?"
"Kamu sama Abel sering jalan bareng?"
Pertanyaan terdengar hati-hati itu tak ayal membuat Arjuna yang tadinya bersender jadi membungkuk sedikit dengan kedua tangan berada di pahanya. Kedua tangannya saling menggenggam dengan kepala menoleh pada Poppy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome Boy
Teen Fiction[Sebagian cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca] Masa putih abu-abu memang tidak akan pernah terlupakan. Apalagi bagi Arjuna dan Poppy yang menjalin hubungan layaknya muda-mudi yang saling tertarik satu sama lain. Poppy dengan segala yan...