Chapter [35]

35.6K 3.5K 155
                                    

"Gimana? Kamu mau kan bareng ke Malaysia sama Om?" tanya Ragas pada Poppy setelah pria itu duduk di sebelah Poppy dengan minum teh buatannya. Apa sudah Ragas lakukan untuknya. Omnya ini sudah berlaku baik pada Aga. Sudah sering menyapanya dan sudah sering mengajaknya bercanda.

Sering membantunya menyiapkan makanan. Membantunya mengurus sekolah dan masih banyak lagi bantuan berupa bentuk lembar-lembar kertas bernominal yang tidak sedikit.

Poppy menghargai perjuangannya. Dia memang belum memaafkan tapi dia juga sudah mulai memahami keadaan. Mencoba berdamai dengan waktu juga keadaan yang ada. Poppy tidak bisa terus-terusan menghindar. Cara menghindar adalah cara seorang pengecut dan Poppy pernah tahu dari Arjuna bahwa menjadi pengecut bisa menjadikan diri sendiri makin tertekan dan kembali terlarut-larut dalam masalah.

"Om, kalau seandainya Aga gak sembuh. Gimana Om?" Poppy malah balik bertanya. Ragas tahu bahwa Poppy belum siap dengan pertanyaan yang ia ajukan tadi. Dia juga tidak ingin memaksa karena tahu Poppy belum menyelesaikan sekolahnya di sini. Cita-cita keponakannya ini besar. Mau tahu apa?

Bisa membuat Aga sembuh dan membahagiakan orang yang dia sayang.

Bagi Ragas. Cita-cita itu sangat menyentuh hatinya. Seharusnya sejak dulu. Sejak saat dia masih memiliki keluarga. Ragas tidak seharusnya berbuat seperti itu. Seharusnya dialah yang melindungi dan menjadi tameng bagi Poppy saat keponakannya ini butuh dia di sampingnya sebagai wali.

"Dia pasti sembuh. Kamu harus yakin."

"Poppy nggak yakin Om." Wajah Poppy tampak ragu. Keraguan itu besar di bola matanya.

"Kamu harus yakin. Semangatin dia."

Poppy menghela napas. "Om," panggilnya ketika Ragas sudah menaruh cangkir yang ia pegang tadi ke atas meja. Poppy sudah selesai bekerja. Dia sudah tidak lagi bekerja seperti dulu. Tugasnya sekarang hanya fokus belajar.

"Poppy ikut ke Malaysia sama Om."

***

Seminggu sudah berlalu. Semuanya telah berubah termasuk sikap Arjuna padanya. Makin diam. Makin dingin. Dan makin menjauh. Seolah sosok itu tidak mau lagi berurusan dengannya. Poppy meregangkan kedua tangannya. Perempuan itu merasa pegal duduk berlama-lama. Berita mereka putus dengan cepat menyebar. Itu semua karena perubahan sikap keduanya. Awalnya pada mengira mereka hanya marahan. Tetapi setelah Lion bertanya pada Arjuna. Cowok itu pun mengatakan tidak ada urusan dengan Poppy.

Sakit.

Dunia Poppy rasanya mau runtuh. Tapi dia tidak boleh lemah pada laki-laki. Alasannya meminta putus pada Arjuna pun jelas meski Arjuna tidak tahu alasan yang sebenarnya. Poppy hanya bilang kalau dia sudah tidak tahan dengan sikap Arjuna. Dan mereka berakhir semudah itu.

Semudah Poppy melepaskan.

"Bener lo udah putus sama Arjuna? tanya Marissa. Tidak menyangka dua pasangan yang selalu digadang-gadangkan dalam satu kelas ini putus.

"Iya," jawab Poppy lesu. Dia juga tidak mau terlalu larut dalam kesedihan. Apa yang sudah ia keluarkan. Tidak bisa ditarik lagi. Apa yang sudah ia ucapkan dan putuskan tidak bisa dikembalikan lagi seperti semula. Seperti halnya makan cabai. Mungkin kita akan merasakan pedasnya sekarang. Tetapi lama kelamaan. Rasa pedas itu pasti akan hilang dengan sendiri. Yang perlu Poppy pikirkan sekarang adalah move on. Tidak perlu terlalu lama bersedih dengan keadaan meski setengah hatinya sudah tergeggam kuat oleh Arjuna.

Poppy percaya bahwa. Apa yang sudah menjadi takdir tidak akan bisa dirubah. Yang namanya jodoh tidak akan kemana. Kalau pun dia dengan Arjuna tidak berjodoh. Maka mungkin hubungan mereka hanya sebatas ini saja. Inilah akhir dari kisah itu.

Handsome BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang